Papua No.1 News Portal
Merauke, Jubi- Kepala Kampung Kaliki, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Thimotius Balagaize mengungkapkan, salah satu potensi yang menjadi sumber pendapatan masyarakat setempat dengan jumlah 126 kepala keluarga (KK) adalah Gambir.
Hanya saja, harga yang dibeli tengkulak di kampung tak sesuai yakni hanya dihargai Rp 2.000/kg.
“Kami sangat berharap adanya intervensi Pemkab Merauke menaikan harga gambir. Karena proses pengolahan tidak mudah, butuh waktu berminggu-minggu,” ungkap Thimotius melalui telpon selulernya Rabu (24/6/2020).
Dikatakan, selain tengkulak datang membeli di kampung, kadang juga masyarakat membawa langsung ke kota dengan menyewa mobil pick up. Hanya saja, harga di agen juga sepertinya tak sesuai. “Saya mendapat laporan dari masyarakat kalau di agen harganya Rp 3.000/kg. Harusnya dinaikkan hingga Rp 5.000/kg, mengingat mereka menyewa mobil sendiri mengangkut dari kampung,” ungkapnya.
Biasanya, menurut dia, masyarakat menjual gambir ke kota hingga 2-3 ton. Oleh karena jumlahnya banyak, harus menyewa mobil pick up.
Untuk proses pengolaannya, demikian Thimotius, setelah ditebang, dicincang sekaligus dijemur selama kurang lebih dua minggu. Lalu tempat jemurnya dilakukan di tengah hutan, tidak di halaman rumah.
“Setelah kering, dimasukkan dalam karung dan mobil mengangkut untuk dibawa dan dijual entah di kampung maupun di kota,” ujarnya.
Lukas Ndiken, salah seorang petani Gambir setempat, mengatakan komoditas itu menjadi salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat setempat untuk menghidupi keluarga setelah dijual.
Hanya saja, jelas dia, harganya terlalu murah. “Kami berharap pemerintah menaikkan harga hingga Rp 5.000 perkilogram,” pintanya. (*)
Editor: Syam Terrajana