Papua No. 1 News Portal | Jubi
Port Moresby, Jubi – Empat ribu perawat diharapkan akan berpartisipasi dalam aksi mogok di seluruh Papua Nugini minggu ini, akibat kekhawatiran bahwa negara Pasifik itu tidak memiliki pasokan medis dan dana yang memadai untuk menangani wabah virus Corona.
Aksi tersebut dilakukan menyusul protes duduk (sit-in) oleh hampir 600 perawat di ibu kota Port Moresby pada Kamis (26/3/2020), yang dipicu oleh kekhawatiran mengenai minimnya alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis.
Gibson Siune, Sekretaris Jenderal Asosiasi Perawat PNG mengatakan sebagian besar anggota asosiasi itu, yang mewakili sekitar 20% dari tenaga medis di negara itu, akan turut berpartisipasi dalam protes ini selama mungkin sampai keluhan mereka didengarkan oleh pemerintah nasional.
“Sekitar 4.000 perawat di seluruh negeri diharapkan akan berpartisipasi dalam protes ini,” tuturnya.
PNG mengumumkan kasus Covid-19 pertamanya pada 20 Maret lalu, sebuah kasus impor oleh seorang pekerja tambang asing yang sejak saat itu telah diterbangkan ke Australia untuk menerima perawatan kesehatan. Keadaan darurat selama 14 hari telah diberlakukan pada Selasa pekan lalu (24/3/2020), yang membatasi jam keluar malam bagi sekitar delapan juta penduduk negara itu, dan membatasi perjalanan di dalam dan luar negeri.
Keadaan darurat juga telah termasuk larangan yang keras tentang siapa saja yang dapat memberikan informasi kepada media mengenai persoalan ini, dimana banyak dokter berkata mereka dilarang mendiskusikan masalah ini dengan the Guardian.
Seorang dokter berpengalaman, yang berbicara dengan syarat anonim, mengungkapkan kepada Guardian Australia: “PNG belum siap untuk melawan virus ini karena (PNG) tidak memiliki dana untuk melakukan ini.
“Pemerintah nasional harus terus terang mengenai keuangan dan jujur kepada orang-orang, apakah ada dana yang tersedia untuk melawan virus Corona atau tidak, karena saat ini hampir semua rumah sakit mengalami kelangkaan peralatan medis dasar yang diperlukan untuk mengobati penyakit biasa di negara ini.”
Warga di Port Moresby juga telah mengungkapkan kekhawatiran tentang kemungkinan kelangkaan sembako dan kebutuhan dasar lainnya di toko-toko dan pasar, sementara negara itu menerapkan karantina wilayah.
Seorang penduduk mengatakan kepada Guardian Australia: “Menurut saya karantina wilayah ini bukan ide yang baik, karena banyak orang-orang yang belanja karena panik, sementara yang tidak beruntung tidak bisa melakukan hal yang sama saat ini karena mereka tidak punya uang untuk membeli sembako tambahan dan persediaan dasar.”
Menanggapi protes duduk minggu lalu, Perdana Menteri James Marape meyakinkan perawat dan dokter bahwa APD akan tersedia bagi mereka minggu ini.
PM Marape juga telah meyakinkan orang-orang PNG bahwa sembako dan persediaan dasar tidak akan habis, mereka tidak perlu panik, dan bahwa pemerintah nasional sedang berupaya sebisa mungkin untuk melindungi masyarakat dan memastikan tidak ada kasus virus yang baru di negara ini. (The Guardian)
Editor : Kristianto Galuwo