Portal Berita Tanah Papua No. 1 | Jubi ,
Jayapura, Jubi – Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VIII Maluku-Papua mewacanakan konversi minyak tanah ke gas LPG dapat berjalan pada 2019 setelah dilakukan sosialisasi dan penyelesaian storage gas selesai 2017.
"Pembangun storage LPG dengan anggaran APBN tahun ini masih tender dengan lokasi di Wayame dan Jayapura, mudah-mudahan 2019 sudah bisa konversi minyak tanah ke LPG," kata Zibali Hisbul Masih, Retail Fuel Manager PT Pertamina MOR VIII di Jayapura, baru-baru ini.
Zibali menjelaskan, konsumsi minyak tanah di Papua termasuk terbesar secara nasional.
"Kebutuhan minyak tanah di Papua 271 kilo liter per tahun, sekitar 40 persen konsumsi minyak tanah nasional ada di sini," katanya.
Dia menyatakan, anggapan masyarakat mengenai LPG yang tidak aman tidak benar.
"Kalau dari segi safety tentu LPG lebih aman, sehingga sebelum itu kita akan lakukan edukasi dan sosialisasi terhadap LPG kepada masyarakat secara massif, sebelum LPG tabung Pink dan Biru beredar luas,” ujarnya.
Rina, warga Jayapura mengaku menggunakan dua jenis kompor sekaligus, minyak tanah dan gas.
“Jika dilihat kebersihan dan aman, saya pilih LPG kami nggak capek untuk bersihkan semua perabotan yang dipakai, untuk minyak tanah kami masih pakai, jika agak susah cari minyak tanah saya pakai LPG,” katanya.
Andre, warga Perumnas 2 Jayapura mengaku lebih memilih minyak tanah karena lebih murah dan gampang didapat.
Rio, warga lainnya mengaku setuju dengan adanya konversi minyak ke gas, tetapi harganya lebih murah atau sama dengan di Jawa.
“Kalaupun harga berbeda ya nggak ada bedanya dengan sekarang, terus yang terpenting pasokannya dan keterjangkauan untuk membeli gas tersebut, jangan konversi tapi barang sulit dicari,” harapnya. (*)