Peringatan pemimpin gereja regional: Pasifik ‘dalam bahaya’ jika COP26 tidak berhasil

Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Pasifik Pendeta James Bhagwan ... "kita jauh dari jalur perubahan iklim' - Gambar: Peter Kenny/The Ecumenical

Papua No.1 News Portal | Jubi

 

Oleh Peter Kenny di Jenewa

Read More

Kepulauan Pasifik ada dalam bahaya besar karena berada di garis depan perubahan iklim global dan Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim, yang dikenal sebagai COP26, di Glasgow minggu ini sangat penting bagi penduduk pulau ini.

Sekretaris Jenderal Konferensi Gereja Pasifik regional yang berbasis di Suva mengunjungi Jenewa minggu lalu dalam perjalanannya ke COP26 di kota terbesar di Skotlandia yang berlangsung hingga 12 November.

“COP26 penting karena jika ini tidak berhasil, maka kita dalam bahaya serius. Sudah jelas bahwa banyak dari target yang ditetapkan selama Perjanjian Paris pada tahun 2015 belum terpenuhi,” kata Pendeta Bhagwan dengan kesedihan yang mewarnai suaranya.

“Kami berada dalam bahaya karena melampaui batas emisi karbon 1,5 derajat Celcius, dan kami butuh untuk mempertahankan posisi kami saat ini (tak lebih memburuk).”

Konferensi Gereja Pasifik memiliki keanggotaan 33 gereja dan 10 dewan gereja nasional yang tersebar di 19 negara dan wilayah Kepulauan Pasifik, yang secara efektif mencakup sepertiga permukaan dunia.

Beberapa kemajuan dalam melawan dampak perubahan iklim telah tercapai ditaran kesadaran global, kata Pendeta Bhagwan, seorang pendeta Metodis.

“Dan meskipun ada komitmen yang signifikan untuk mengurangi emisi karbon oleh negara-negara sebanyak 26 persen dari negara-negara yang telah berkomitmen, secara global kita akan melihat peningkatan emisi karbon sebesar 19 persen lebih pada tahun 2030, yang tidak lama lagi —itu sembilan tahun lagi,” ujar Pendeta Bhagwan.

Peringatan gas rumah kaca

Pada tanggal 25 Oktober, Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia Dr Petteri Taalas, merilis laporan tentang gas rumah kaca, mengkonfirmasi kekhawatiran Pendeta Bhagwan dalam sebuah peringatan:

“KITA JAUH, SANGAT JAUH. PADA TINGKAT PENINGKATAN KONSENTRASI GAS RUMAH KACA SAAT INI, KITA AKAN MELIHAT PENINGKATAN SUHU PADA AKHIR ABAD INI JAUH LEBIH MELEBIHI TARGET PERJANJIAN PARIS 1,5 SAMPAI 2 DERAJAT CELSIUS DI ATAS TINGKAT PRA-INDUSTRI.”

Pendeta Bhagwan mengatakan kelompok gerejanya meliputi Kepulauan Marshall di Pasifik utara hingga Ma’ohi Nui (Polinesia Prancis) di Pasifik timur, hingga Aotearoa Selandia Baru di Pasifik selatan.

Konferensi ini juga memiliki gereja-gereja anggota di Papua Barat dan Australia, dan melayani populasi sekitar 15 juta orang.

Bagi anggota gereja-gereja wilayah Pasifik, perubahan iklim bukanlah masalah yang abstrak.

‘Garis Depan’ perubahan iklim

“Kami berada di garis depan perubahan iklim; kita memiliki air laut yang naik, kita mengalami pengasaman laut yang mempengaruhi ikan kita dan kehidupan laut,” kata Pendeta Bhagwan.

“Kami mengalami peristiwa cuaca ekstrem sekarang secara teratur, dan topan kategori lima yang, di masa lalu, akan menjadi pengecualian bagi kami, sekarang menjadi dasar bagi peristiwa cuaca ekstrem kami. Selama musim topan, setidaknya satu topan akan masuk kategori lima.

“Jadi, Anda hanya berdoa agar itu lewat, atau cukup turun ketika mencapai kita, padahal biasanya sistem ini tidak hanya mempengaruhi satu negara.”

Pendeta Bhagwan mencatat bahwa gereja-gereja di wilayah Pasifik memainkan peran yang jauh lebih integral dalam masyarakat daripada di beberapa negara sekuler.

Karena pandemi covid-19, “kami tidak mendapatkan banyak penduduk Kepulauan Pasifik yang menghadiri COP26 seperti yang kami inginkan, baik di pemerintahan maupun di masyarakat sipil.

“Jadi, penting bagi mereka yang bisa datang melakukannya. Kami, gereja, memainkan peran yang sangat penting di Pasifik. Pasifik adalah sekitar 90 persen Kristen, terutama di dalam komunitas pulau.

“Jadi, kami memiliki pengaruh signifikan di kawasan ini, bekerja sama dengan pemerintah. Tetapi kami juga mengakui diri kami sebagai bagian dari ruang masyarakat sipil,” kata Pendeta Bhagwan.

“Jadi, kita memiliki kemampuan di Pasifik untuk berjalan di ruang-ruang ini, karena para pemimpin, pemimpin pemerintahan, menteri, pekerja, pegawai negeri — mereka adalah anggota gereja kita.

“Jadi, kami menyediakan perawatan pastoral dan keterlibatan dengan mereka yang berada dalam kepemimpinan dan pemerintahan, tetapi juga suara kenabian itu.” (Asia Pacific Review)

Peter Kenny adalah jurnalis The Ecumenical.

 

Editor: Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply