Papua No.1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Salah satu sayap organisasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Perempuan AMAN, saat ini sedang melaksanakan pelatihan pengorganisasian penguatan bagi perempuan adat Papua.
Pelatihan tersebut dilaksanakan selama dua hari (3 – 4 Desember 2021) di salah satu hotel di Sentani, yang diikuti oleh sejumlah perwakilan perempuan dari wilayah adat yang ada di Kabupaten Jayapura, Keerom, Sarmi, dan Mamberamo Raya.
Ketua Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (PD AMAN) Jayapura, Benhur Wally mengatakan, kegiatan pelatihan ini bagian dari rangkaian kegiatan persiapan masyarakat adat, untuk melaksanakan Kongres AMAN ke-VI di Jayapura, Oktober 2022 mendatang.
Selain persiapan kongres, kata Benhur, perempuan adat perlu mendapat informasi dan penguatan, terkait pengorganisasian diri mereka di tengah masyarakat kampung di mana mereka berada.
“Dalam tatanan adat di Papua, perempuan tidak punya hak berbicara atau tampil dalam forum atau pun pertemuan tertentu di para-para adat. Hal ini juga perlu diklarifikasi, karena peran perempuan sangat penting dalam semua aktivitas masyarakat adat di setiap kampung, apa jadinya jika tidak ada perempuan di dapur. Apakah rapat adat bisa dilaksanakan?” ujar Benhur di Sentani, Jumat (3/12/2021).
Kegiatan pelatihan ini, kata Wally, lebih kepada pemahaman dan tugas fungsi dari perempuan adat di tengah masyarakat. Karena perempuan juga memiliki hak yang sama dengan semua masyarakat adat di satu wilayah, hak untuk berbicara, hak untuk melakukan sesuatu yang berdampak terhadap peningkatan ekonomi keluarga, juga memiliki hak untuk memimpin kaumnya sebagai sesama perempuan.
“Selain pembentukan pengurus daerah, akan ada sayap-sayap organisasi AMAN, salah satunya adalah Perempuan AMAN, nanti kita bentuk lagi Pemuda AMAN dan ormas-ormas lainnya yang di bawah payung AMAN,” jelasnya.
Secara terpisah, Ketua Perempuan AMAN Pusat, Devy Anggreani mengatakan, tujuan utama dilaksanakannya pelatihan pengorganisasian dan penguatan perempuan adat di Papua, adalah untuk memastikan apa saja tantangan yang dihadapi kaum perempuan di masing-masing kampung.
Terutama, kata dia, terkait partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan di dalam proses pembangunan, serta persoalan-persoalan utama yang sering dihadapi oleh para perempuan di kampung.
“Dari informasi-informasi yang disampaikan dalam dua hari pelatihan ini, kita akan simpulkan apa sebetulnya kebutuhan dari pempuan adat di Papua, dan dari setiap kampung informasinya pasti sangat berbeda,” ujarnya.
Devy mencontohkan, salah satu pengakuan perempuan adat yang merupakan peserta pelatihan, bahwa perempuan di kampung-kampung pada Distrik Depapre hampir tidak dilibatkan dalam setiap musyawarah adat, pun tidak dilibatkan dalam kerja-kerja pembangunan di kampung.
Menurutnya, ini salah satu tantangan yang sedang dihadapi kaum perempuan adat, oleh sebab itu melalui pelatihan ini AMAN ingin memberikan masukan, serta langkah-langkah yang harus diambil oleh perempuan adat di kampung-kampung.
“Ini langkah awal sebagai pemetaan kami bersama, ke depan kita akan turun langsung ke setiap kampung untuk memastikan semua persoalan yang disampikan saat ini, atau memastikan persoalan lain yang belum disampaikan dalam pertemuan saat ini.”
Ia berharap melalui pelatihan kali ini, pihaknya bisa memastikan perempuan-perempuan adat setelah ikut pelatihan, tidak akan merasa sendiri.
“Tetapi bisa merasa nyaman dan didukung oleh semua pihak, untuk menyampaikan semua pandangan dan kepentingan mereka di depan umum,” pungkasnya. (*)
Editor: Kristianto Galuwo