Perdana Menteri Italia mengundurkan diri, dituduh taktik politik

Papua,
Ilustrasi pensiun, pixabay.com

Papua No.1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi – Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte pada Selasa, (26/1/2021), mengundurkan diri, meski sikap itu dituduh sebagai taktik menufer politik yang diharapkan akan mengizinkan dirinya membangun sebuah koalisi baru. Presiden Sergio Mattarella rencananya akan mulai berkonsultasi dengan pucuk pimpinan lainnya di Italia pada Rabu sore, (27/1/2021) usai menerima surat pengunduran diri Conte.

Read More

Conte tercatat tak punya partai politik, ia cukup mendapat dukungan, maka Presiden Mattarella bisa meminta Conte untuk membentuk sebuah koalisi baru, sedangkan opsi lain adalah mempercepat Pemilu.

“Presiden telah menahan (Conte) dari keputusannya dan meminta Pemerintah (saat ini) untuk tetap bekerja untuk mengatasi tugas seperti biasa,” kata pernyataan Kepresidenan Italia.

Baca juga : Menteri Israel mundur terkait rencana lockdown

Sakit, PM Jepang Shinzo Abe bakal mundur

Demonstrasi mendesak Netanyahu mundur semakin meluas

Tidak dijelaskan alasan pengunduran diri Conte, mengingat saat ini dia masih menjadi politikus populer di Italia dengan rating persetujuan diatas 50 persen.

Jika Conte menerima mandat, dia kemungkinan akan mencari koalisi yang lebih luas dan menambah lebih dari lima Senat. Tanpa menguasai suara mayoritas di Senat, Conte bakal terseok-seok ketika hendak meloloskan undang-undang yang dinilainya efektif dalam mengatasi krisis di Italia.

Tercatat Italia sudah bertahun-tahun menghadapi ketidakstabilan politik dan sekarang ini menghadapi tantangan ekonomi baru di tengah pandemi Covid-19. Negara itu telah melalui beberapa kali krisis politik sejak berakhirnya Perang Dunia II.

Negara Pizza itu juga sudah menggelar banyak pemilu yang dipercepat, sebelum pemerintahan yang berjalan merampungkan tugasnya. Conte adalah Perdana Menteri Italia yang ke-66 dalam 75 tahun.

Pemerintahan Conte, yang dibentuk pada 2019, dipimpin oleh Partai Demokrat aliran sayap kiri dan Partai anti-kemapanan Gerakan Lima Bintang (M5S). Terlepas dari perbedaan politik yang besar, aliansi yang jarang terjadi ini bisa mencegah pemilu yang dipercepat, yang bisa menguntungkan Partai Liga di Italia yang beraliran sayap kanan. (*)

Editor : Edi Faisol

 

Related posts

Leave a Reply