Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Beragam cara dilakukan pemuda di Jayapura, Papua untuk merayakan Valentine’s Day atau Hari Kasih Sayang yang jatuh pada 14 Februari setiap tahun. Dari berkumpul bersama keluarga, memberikan coklat, bunga, hingga makan romantis dengan kekasih. Tetapi ada pula yang menganggapnya biasa-biasa saja.
Monika, perempuan 27 tahun yang tinggal di Jayapura, Papua dan hobi membaca novel itu, menganggap Valentine bukanlah momen yang spesial untuk dirayakan, karena kasih sayang menurutnya bisa diberikan setiap saat. Cuma di wilayah-wilayah tertentu sudah dipatenkan, makanya sedikit identik dengan perayaan kasih sayang.
“Saya menganggap Valentine seperti hari pada umumnya, karena kita mau kasih sayang kan tidak harus tunggu Hari Valentine. Kalau kita tunggu Valentine satu tahun satu kali dong. Jadi pada Valentine-ku seperti hari-hari biasa saja,” ujarnya.
Dokter lulusan Universitas Cenderawasih, Papua tersebut mengakui ada orang yang memberikan coklat maupun bunga di Hari Valentine. Tetapi, ia secara pribadi tidak pernah merayakan Valentine secara langsung.
“Dengan teman-teman atau pasangan merayakan langsung tidak pernah. Tetapi di rumah sakit, saat kita lagi jaga ada kelompok-kelompok tertentu yang datang kasih kita bunga, kasih kita coklat gitu,” katanya.
Perempuan yang sudah sepuluh tahun menjalin hubungan jarak jauh ini, ketika masih kuliah dulu pernah bertukar kado dengan pasangan. Namun saat ini hanya saling mengucapkan “Happy Valentine”, karena mengingat usia dan jarak antara keduanya yang tidak memungkinkan setiap saat untuk berjumpa.
“Kan pasangan jauh, palingan ‘videocall’, kalau dulu zaman-zaman masih semester dua saya dikasih kado deh, kalau beberapa tahun terakhir sudah tidak ada hal-hal begitu. Biasanya euforia itu datangnya di usia-usia muda, kalau usia begini nggak,” ujarnya.
Karena itu pada momen Valentine Day sekarang ia tidak memiliki rencana untuk merayakannya, karena juga masih pandemi Covid-19. Bagi Monika sebenarnya Hari Valentine mengingatkan bahwa kasih sayang itu penting. Bukan hanya untuk pasangan atau orang tua, tetapi untuk sesama.
“Kalau saya sesuai dengan profesi karena hidup sehari-hari kan sama pasien. Pasien di rumah sakit itu pada senang kalau dikasih bunga,” ujarnya.
Ia memilih lebih memberikan perhatian kepada yang di dekatnya saat Valentine daripada untuk pasangan, karena pasangannya jauh.
“Lagian orang tua sama pasangan itu kan setiap hari dapat kasih sayang, tetapi orang yang kita jumpai ini belum tentu,” katanya.
Berbeda dengan Monika, Dessy Manua, perempuan 24 tahun asal Manado yang tinggal di Jayapura, Papua menjadikan Valentine sebagai momen spesial. Ia merayakan bersama kekasihnya dengan saling bertukar kado, menonton film di bioskop,dan makan malam romantis.
“Spesial dong karena hari-hari biasa kan dilewati seperti biasa, karena hari spesial ya dirayakan juga secara spesial begitu,” ujarnya.
Perempuan yang hobi menonton film ‘action’ tersebut setiap tahun merayakan Valentine bersama kekasihnya. Bulan ini walaupun masih pademi Covid-19, ia akan tetap merayakan momen Valentine dengan tetap menaati protokol kesehatan.
“Bulan ini karena situasi yang seperti begini mungkin siang saja, apalagi sekarang ada pembatasan waktu sampai jam 9 malam, jadi paling kami jalan siang saja,” katanya.
Dessy berharap bagi yang merayakan momen Valentine di masa Covid-19 ini, baik bersama pasangan, keluarga, maupun teman-teman tetap mematuhi protokol kesehatan.
“Rayakan sederhan saja sesuai dengan ‘budget’ yang kita miliki, jangan memaksakan atau rayakan yang berlebihan, karena itu bukan makna sebenarnya dari Hari Kasih Sayang itu,” ujarnya.
Thepa Gobay, laki-laki 26 tahun asal Paniai, juga menjadikan Valentine sebagai momen spesial. Ia menjadikan hari spesial tersebut sebagai momen untuk saling berbagi kasih sayang dengagn pasangan, keluarga, dan sesama di lingkungan sekitar.
“Dengan adanya momentum Valentine kita mungkin dengan kesibukan kita masing-masing lebih diingatkan untuk saling mengasihi,” katanya.
Laki-laki yang hobi bermain basket tersebut merayakan Valentine dengan saling bertukar kado, seperti memberi coklat, bunga, dan makan malam dengan kekasihnya. Juga merayakannya dengan berwisata dan makan bersama keluarganya.
“Tidak diagendakan kalau dengan keluarga, tetapi muncul dengan sendirinya dan saya menjadikan itu hari spesial,” ujarnya.
Ia berharap para remaja lebih memahami makna dari Valentine. Artinya Valentine bukan untuk pasangan saja melainkan momen untuk berbagi bersama orang tua, saudara, guru dan dosen.
“Untuk itu harus dirayakan sesuai dengan batasan-batasan norma dan etika yang sesuai dengan agama atau kesusilaan, tidak perlu dirayakan dengan huru-hara,” katanya. (*)
Editor: Syofiardi