Perang Turki dan Suriah di ambang mata

pertempuran papua
Ilustrasi perang, pixabay.com
ilustrasi perang, pixabay.com

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Ankara, Jubi – Presiden Turki, Tayyip Erdogan, menyatakan operasi militer Turki untuk memukul mundur serangan pasukan pemerintah Suriah terhadap pemberontak di barat laut negara itu hanya tinggal menunggu waktu setelah negosiasi dengan Rusia menemui kegagalan.

Read More

Pasukan Turki telah membanjiri wilayah Idlib dan lebih banyak lagi  tentara negara itu sedang menuju ke daerah perbatasan. Alhasil, pasukan Turki tak lama lagi akan berhadapan langsung dengan pasukan Suriah yang didukung Rusia.

Baca jugaTangkis serangan Turki, militer Suriah akan dikerahkan

Turki tangkap istri Abu Bakr al-Baghdadi di Suriah

Uni Eropa dan Turki terus bantu pengungsi Suriah

Kremlin mengatakan bentrokan antara pasukan Turki dan Suriah akan menjadi “skenario terburuk” dan Rusia akan berusaha untuk mencegah situasi semakin buruk. Pasukan Suriah yang didukung oleh pesawat tempur dan pasukan khusus Rusia telah bertempur sejak Desember untuk membasmi para pemberontak di benteng terakhir mereka yang berada di provinsi Idlib dan Aleppo.

Operasi militer yang dilakukan pasukan Suriah itu  bisa menjadi salah satu episode terakhir perang saudara tersebut, yang sudah berlangsung selama sembilan tahun.

Sudah hampir satu juta warga sipil mengungsikan diri dari serangan udara dan serangan artileri ke arah perbatasan. Keadaan itu membuat badan-badan bantuan internasional kewalahan menangani krisis kemanusiaan.

Turki, yang telah menampung 3,6 juta pengungsi Suriah, mengatakan tidak dapat  menangani lebih banyak lagi pengungsi.

Ketika berbicara kepada anggota parlemen dari Partai AK yang berkuasa pada Rabu, Erdogan mengatakan Turki bertekad menjadikan Idlib sebagai zona aman. Perundingan dengan Rusia akan dilanjutkan. Sejauh ini, beberapa putaran perundingan diplomatik gagal mencapai kesepakatan, katanya.

“Kami memasuki hari-hari terakhir bagi rezim untuk menghentikan permusuhannya di Idlib. Kami membuat peringatan terakhir,” kata Erdogan, yang negaranya memiliki jumlah tentara terbesar kedua di NATO.

Ia mengatakan telah melakukan persiapan untuk melaksanakan rencana operasi militer sendiri. “Saya katakan bahwa kita dapat datang kapan saja. Dengan kata lain, serangan Idlib hanya masalah waktu,” katanya. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply