Jubi | Portal Berita Tanah Papua No. 1,
Pekanbaru, Jubi – Penyidik pegawai negeri sipil Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Wilayah II Sumatera terus mendalami kasus perdagangan kulit harimau sumatera (panthera tigris sumatrae).
"Kami terus periksa dua pelaku dari malam hingga pagi ini. Kami kejar siapa pemilik dan penampungnya," kata Kepala Seksi Wilayah II Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Eduwar Hutapea kepada Antara di Pekanbaru, Jumat (30/9/2016).
Kedua pelaku masing-masing Ah (51) dan Jo (35) belum ditetapkan sebagai tersangka. Keduanya masih berstatus sebagai saksi atas terungkapnya kasus tersebut.
Menurut Eduwar, pihaknya tidak ingin kasus ini hanya berhenti di dua pelaku tersebut. "Kita masih memiliki waktu untuk melakukan pengembangan dan tidak ingin berhenti sampai di dua pelaku ini saja," katanya.
Kulit harimau Sumatera dengan usia cukup dewasa diamankan tim gabungan Seksi Wilayah II Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BKSDA Jambi dan World Wild Fund (WWF) pada Kamis siang.
Kulit harimau itu diamankan setelah tim melakukan pengintaian dari wilayah Jambi sebelum diamankan di Batang Gangsal, Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
Selain kulit harimau, petugas juga menyita sepeda motor dengan nomor polisi BM 5848 VS dan tulang harimau. Bahkan, kedua barang bukti terakhir masih berada di atas mobil petugas.
Kulit harimau dengan panjang sekitar dua meter tersebut terlihat utuh dan mulus. Mulai dari kepala hingga ekor nyaris tidak ada cacat. Bahkan, telapak kaki harimau terlihat cukup besar menandakan harimau berusia dewasa.
Eduwar mengatakan, dari kulit harimau yang diamankan bisa dipastikan pemburu dan eksekutor sangat profesional. "Pasti sangat profesional, karena barang buktinya cukup halus. Nyaris tanpa cacat," katanya.
Kulit harimau itu sendiri terbungkus rapi yang terdiri dari sejumlah lapisan plastik. Bau menyengat saat kulit tersebut dibuka dan dibentangkan di atas alas plastik. Kulit itu sendiri dipastikan telah diberi cairan spiritus agar awet.
Perburuan harimau di wilayah Sumatera cukup mengkhawatirkan. Beberapa kali petugas Kementerian LHK maupun Kepolisian berhasil mengungkap upaya perburuan itu. Sementara kondisi satwa dilindungi itu terus berkurang seiring dengan pembukaan lahan perkebunan secara masif dan kebakaran hutan dan lahan yang kerap terjadi di Sumatera. (*)