Pukulan ekonomi itu berupa gangguan langsung terhadap mata pencaharian masyarakat, kondisi finansial yang lebih ketat, berkurangnya perdagangan dan investasi, dan penurunan tajam harga komoditas.
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Washington, Jubi – Dana Moneter Internasional atau IMF menyebut penyebaran virus corona ke Afrika sub-Sahara akan memukul keras pertumbuhan ekonomi di kawasan setempat. Pukulan ekonomi itu berupa gangguan langsung terhadap mata pencaharian masyarakat, kondisi finansial yang lebih ketat, berkurangnya perdagangan dan investasi, dan penurunan tajam harga komoditas.
Dalam sebuah unggahan di situsnya, para pejabat tinggi di Departemen Afrika IMF mengatakan mereka telah menerima permintaan untuk pembiayaan darurat dari lebih dari 20 negara di kawasan itu dan memperkirakan setidaknya 10 negara segera mengajukan permohonan serupa.
Pada Selasa (24/3/2020), IMF mengumumkan Ghana telah meminta pinjaman darurat cepat-dicairkan untuk memerangi pandemi virus corona.
Baca juga : IMF sebut wabah virus corona ancam pemulihan ekonomi global
Virus corona semakin meluas di dunia
Afghanistan temukan kasus corona
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva pada awal pekan lalu mengatakan sekitar 80 negara telah meminta pinjaman untuk fasilitas darurat, di mana sekitar 50 miliar dolar AS tersedia, dengan setidaknya 20 permintaan lain akan diajukan.
“Di seluruh kawasan, pertumbuhan akan terpukul keras. Persisnya betapa keras masih sulit untuk dikatakan. Tetapi jelas bahwa perkiraan pertumbuhan kami dalam prospek regional April akan jauh lebih rendah,” tulis Direktur Departemen Afrika IMF Abebe Aemro Selassie, dan Kepala Misi IMF untuk Sierra Leone Karen Ongley dalam unggahan itu.
Selama krisis keuangan global lebih dari satu dekade lalu, negara-negara Afrika terhindar dari dampak ekonomi, karena banyak yang kurang terintegrasi dengan pasar keuangan global dan rantai pasokan, tulis Selassie dan Ongley.
Tingkat utang juga lebih rendah, dan negara-negara memiliki lebih banyak ruang untuk meningkatkan pengeluaran guna mendorong pertumbuhan.
Dalam menghadapi pandemi virus corona, sejumlah negara telah menutup perbatasan dan membatasi pertemuan publik, yang akan mengurangi banyak pekerjaan berbayar.
“Bagi masyarakat yang paling rentan di kawasan ini, ‘jarak sosial’ tidak realistis. Gagasan bekerja dari rumah hanya mungkin bagi segelintir orang,” tulis Selassie dan Ongley.(*)
Editor : Edi Faisol