Penyandang difabel daksa di Jayapura, Papua belajar kewirausahaan

papua
Penyadang difabel daksa mengikuti pelatihan kewirausahaan di Co-Working Space Garap. - Jubi/Theo Kelen.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Lima penyadang difabel daksa mengikuti latihan dasar kewirausahaan di Co-Working Space Gabungan Wirausaha Muda Papua (Garap) Kotaraja, Kota Jayapura, Papua, 6-7 Juli 2021.

Kegiatan “Pelatihan Kewirausahan Difabel Daksa” yang diadakan DK Indonesia tersebut merupakan program PLN Peduli.

Read More

DK Indonesia merupakan sebuah lembaga yang didirikan Donna Kayot, perempuan 24 tahun. DK Indonesia fokus pada pengembangan kewirausahaan di Papua.

Founder DK Indonesia Donna Kayot mengatakan kegiatan tersebut lanjutan dari kegiatan pelatihan tahap pertama yang sudah diadakan pada 24-25 Juni 2021. Pada tahap pertama peserta terlebih dulu diberikan motivasi atau pandangan tentang kewirausahaan, sekaligus untuk mengetahui minat dan bakat mereka.

Pelatihan tersebut, kata Kayot, menyasar kaum difabel daksa di Jayapura, Papua berumur 18-45 tahun yang telah menjalankan usaha. Tujuannya supaya mereka yang mempunyai usaha bisa berkembang lebih maju lagi.

“Bukan hanya untuk mereka sendiri, bukan untuk keluarga, tetapi mempekerjakan orang lain. Tidak ada kriteria khusus yang penting sudah menjalankan usaha dan usaha yang bisa memperkerjakan orang ke depan artinya berkelanjutan,” ujar Kayot.

BACA JUGA: Petani Arso, Papua belajar mengolah singkong menjadi tapioka

Pada pelatihan tahap kedua, 6-7 Juli 2021 para peserta diberikan motivasi bisnis lebih dalam. Kemudian pelatihan rencana bisnis usaha mereka sesuai dengan yang bisa mereka lakukan. Mereka juga diajarkan literasi keuangan dalam pengelolaan usaha.

Setelah pelatihan mereka akan didampingi menjalankan rencana aksi yang telah mereka buat dalam pelatihan. Bagi mereka yang fokus dan berkomitmen menjalankan rencana aksi akan dibantu alat-alat usaha.

“Dari hal yang sudah dia lakukan kira-kira memungkinkan kebutuhan alat apa yang bisa kami bantu,” ujarnya.

Setelah pemberian alat kemudian dilakukan monitoring. Usaha mereka akan dikunjungi satu-persatu.

“Mau lihat apakah ada kemajaun, omzetnya naik atau turun, akan dilihat dari situ,” ujarnya.

Salah seorang peserta, Muhammad Munawir mengaku sangat puas dan bersyukur mendapat pelatihan tersebut, karena sangat membantu, khususnya difabel. Selain belajar kewirausahaan mereka juga belajar kekeluargaan.

“Rata-rata teman-teman sesama difabel sudah lama tidak sekolah, saya juga sudah lama tidak belajar kewirausahaan, pelatihan ini sangat bagus buat pengembangan usaha ke depan, khususnya buat disabilitas yang sedang menjalankan usaha maupun mau menjalankan usaha,” katanya.

Menurut Narwin selama ini para difabel jarang sekali dilibatkan dalam pelatihan kewirausahaan. Padahal sangat bagus bagi orang-orang difabel yang sedang menjalankan usaha dan sedang memulai sebuah usaha.

“Jarang sekali orang-orang difabel yang dipanggil ikut pelatihan seperti ini. Jarang sekali, mungkin ada programnya tapi belum teralisasi sampai sekarang,” katanya.

Dengan pelatihan tersebut Munawir dan keempat temannya semakin terpacu untuk mengembangkan usaha yang sedang mereka tekuni.

“Ada teman-teman yang lagi menjalankan usaha maupun yang mau menjalankan usaha lagi mengalami kesusuhan, tapi setelah pelatihan ini saya perhatikan teman-teman kembali semangat,” ujarnya.

Munawir akan menggunakan ilmu yang diperolehnya untuk mengembangkan usahanya. Ia telah memiliki jasa bengkel yang dibukanya di depan jalan masuk ke Kantor Wali Kota Jayapura.

“Selain belajar materi kewirausahaan, saya juga belajar kekeluargaan di pelatihan ini,” katanya.

Ia berharap orang-orang difabel yang sudah memiliki usaha atau yang akan memulai usaha bisa didampingi sehingga usaha mereka berkembang.

“Ada yang sudah punya rencana, ide-ide, maka perlu atau harus didampingi supaya usaha itu jelas,” ujarnya.

Peserta lainnya, Agusto Hamadi juga  senang dan puas dengan pelatihan yang dia ikuti dua hari tersebut. Menurutnya pelatihan itu memberikan wawasan dalam mengembangkan usaha agar lebih maju.

Hamadi juga belajar proses pengaturan keuangan dalam menjalankan usaha yang digeluti saat ini sehingga tidak menimbulkan kerugian.

Hamadi, pria 22 tahun tersebut telah berjualan bensin enceran dan pinang. Ia mengikuti pelatihan karena alasan sebagai seorang yang telah memulai usaha dan juga ingin bisa mengembangkan usahanya.

Setelah pelatihan Hamadi yang berjualan bensin per botol berencana memakai mesin POM mini agar lebih praktis dan bisa menjual dalam jumlah yang banyak sehingga bisa meningkatkan omzet usahanya.

Menurut data Kementerian Sosial melalui Sistem Informasi Manajemen Penyadang Distabilitas (SIMPD), hingga 13 Januari 2021 jumlah penyadang disabilitas di Indonesia 209.604 orang. Sedangkan penyadang disabilitas di Provinsi Papua 1.283 jiwa atau 0,61 persen.

Pemerintah pusat telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyadang Cacat dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyadang Cacat.

Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten dan kota dapat mengambil kebijakan agar lebih memberdayakan dan menyejahterakan para penyandang disabilitas. (*)

Editor: Syofiardi

Related posts

Leave a Reply