Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Sebuah penyakit dengan indikasi menyerang otak dan menimbulkan hilang ingatan menimpa sejumlah warga di Kanada. Tercatat lebih dari 40 orang warga setempat dilaporkan mengidap penyakit otak misterius dengan gejala hilang ingatan, halusinasi dan atrofi otot atau kejang.
The Guardian melaporkan para pejabat memberi tahu dokter di provinsi New Brunswick bulan ini bahwa pihaknya sedang memantau 43 kasus penyakit saraf yang tidak diketahui penyebabnya.
Baca juga : India akhirnya ungkap penyakit misterius yang menimpa 600 warga
Penularan Covid-19 di negara ini tertinggi di dunia
WHO : 1 dari 10 orang di dunia terinfeksi Covid-19
Kasus pertama diidentifikasi pada tahun 2015. Lalu pada 2019 ada 11 kasus, dan 24 kasus pada tahun 2020. Berdasarkan laporan media, peneliti percaya lima orang telah meninggal karena penyakit itu.
Pada tahun 2021, sejauh ini sudah ada enam kasus. Warga pertama kali mengetahui penyelidikan minggu lalu, setelah memo bocor dari badan kesehatan masyarakat setempat.
“Kami bekerja sama dengan berbagai kelompok dan pakar nasional; Namun, tidak ada penyebab jelas yang diidentifikasi saat ini, ” tulis memo itu.
Badan kesehatan masyarakat setempat juga meminta dokter mewaspadai gejala yang mirip dengan penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD), penyakit otak fatal yang disebabkan oleh protein yang salah bentuk dikenal sebagai prion.
“Kami tidak memiliki bukti yang menunjukkan bahwa ini adalah penyakit prion,” kata ahli saraf yang memimpin investigasi New Brunswick, Alier Marrero.
Beberapa gejala termasuk kehilangan memori, masalah penglihatan, dan gerakan abnormal memicu peringatan jaringan pengawasan CJD Kanada. Ia mengatakan pasien awalnya hanya mengeluh nyeri, kejang dan perubahan perilaku. Gejala itu juga dapat didiagnosis sebagai kecemasan atau depresi.
Namun selama 18 hingga 36 bulan pasien mulai mengalami penurunan kognitif, pengecilan otot, air liur dan gigi bergemelutuk.
Beberapa di antaranya mengalami halusinasi menakutkan termasuk perasaan serangga merayap di kulit mereka.
Untuk mengesampingkan kemungkinan penyebab lain seperti demensia, penyakit neurodegeneratif, gangguan autoimun, dan kemungkinan infeksi, tim Marrero melakukan studi ekstensif tentang riwayat pasien.
Tim juga melakukan serta serangkaian tes termasuk pemindaian otak, tes metabolik dan toksikologi, dan keran tulang belakang.
“Kami belum pernah melihat selama lebih dari 20 tahun terakhir sekelompok penyakit neurologis yang tahan diagnosis seperti ini,” kata Kepala Pengawasan CJD Kanada, Michael Coulthart.
Mayoritas kasus telah dikaitkan dengan semenanjung Acadian, wilayah berpenduduk minim di bagian timur laut New Brunswick, yang memiliki populasi kurang dari 800 ribu jiwa. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol