Nabire, Jubi/Antara – Ribuan umat Katolik Keuskupan Timika dari berbagai daerah di pedalaman Papua mulai berdatangan ke Kota Nabire untuk menghadiri misa tahbisan 10 imam baru yang berlangsung di Gereja Katolik Kristus Sahabat Kita Nabire, Selasa (6/1).
Pastor Amandus Rahadat Pr kepada Antara di Nabire, Selasa mengatakan umat Katolik dari berbagai daerah di Papua seperti Paniai, Deiyai, Dogiyai, Timika, Jayapura dan tempat-tempat lainnya sudah berdatangan ke Nabire untuk menghadiri perayaan besar tersebut.
Pada Selasa pagi Uskup Timika, Mgr John Philip Saklil Pr akan menahbiskan 10 imam baru, delapan diantaranya merupakan imam projo Keuskupan Timika dan dua imam Ordo Fransiskan (OFM).
“Peristiwa ini sudah tentu memiliki nilai tersendiri bagi umat setempat karena sudah lama sekali baru diadakan lagi tahbisan imam baru di Kota Nabire. Kelihatan sekali umat sangat antusias. Mereka datang dari berbagai daerah khusus untuk menghadiri acara ini,” kata Pastor Paroki Gereja Katedral Tiga Raja Timika itu.
Pastor Amandus mengatakan penambahan 10 imam baru bagi Gereja Katolik Keuskupan Timika sangat berarti untuk memperkuat misi pelayanan kepada umat di berbagai paroki terutama di wilayah pedalaman.
“Ini panen yang luar biasa bagi Keuskupan Timika dan tentu menjadi kegembiraan bagi umat Katolik dimana mengawali tahun baru 2015 dengan peristiwa ditahbiskannya 10 imam baru,” ujarnya.
Ia mengatakan pemilihan Nabire sebagai tempat penyelenggaraan tahbisan 10 imam baru tersebut sepenuhnya merupakan keputusan Uskup Timika Mgr John Philip Saklil.
“Saya menduga ini sekaligus sebagai promosi panggilan. Apalagi selama ini suplai tenaga imam di Keuskupan Timika terbanyak dari daerah Paniai. Dulu Nabire merupakan ibukota Kabupaten Paniai. Ini juga sekaligus menjawab kerinduan umat Katolik setempat,” jelas Pastor Amandus.
Ia menambahkan, tema yang diangkat dalam perayaan misa tahbisan 10 imam baru kali ini yaitu ‘Kamu Dipanggil untuk Melayani dalam Kasih Tuhan’ sangat tepat agar para imam baru tersebut harus bekerja mewujudkan kasih Tuhan dalam melayani umatnya.
“Imam dipanggil bukan untuk kegiatan hura-hura. Melayani umat bukan dengan bersungut-sungut tetapi melayani membutuhkan pengorbanan dengan sepenuh hati,” ujarnya. (*)