Papua No. 1 News Portal | Jubi
Oleh Alexander Rheeney
Judul di atas ini akan menjadi berita utama yang menarik perhatian khalayak, dan itulah harapan kami!
Perempuan Samoa akhirnya memiliki penghasilan lebih tinggi dari laki-laki, dalam hal upah rata-rata, menurut sebuah laporan yang dirilis baru-baru ini oleh biro statistik Samoa, Samoa Bureau of Statistics.
Dalam laporan statistik ketenagakerjaan Maret 2019 yang baru diterbitkan, biro itu mengungkapkan bahwa lebih dari setengah (56,6%) populasi pekerja negara itu adalah laki-laki – yang mendapatkan 54,5% dari total upah selama kuartal itu – tetapi ketika membahas tentang upah rata-rata tiga bulan itu, kaum perempuan menang dengan $ 6.020, dibandingkan dengan upah rata-rata laki-laki yang duduk di $ 5.496.
Kami bisa menerima bahwa mungkin ada sedikit kesalahan dalam data dan analisis biro itu, meskipun begitu kami sangat bangga bisa melihat kaum perempuan Samoa, akhirnya melaju dari rekan-rekan pria mereka dalam hal upah rata-rata. Dan jika ada satu pihak yang pantas mendapatkan hal ini, maka kami semua bisa sepakat bahwa mereka adalah perempuan bangsa Samoa, yang paling sering keluar dari zona nyaman mereka demi kesejahteraan keluarga dan bangsanya.
Pekan lalu, saat kita yang lain pergi dan bekerja seperti biasa tanpa banyak berpikir tentang apa yang akan terjadi ke depannya akibat perubahan iklim, Wakil Perdana Menteri, Fiame Naomi Mata’afa, berada di Australia untuk mengingatkan negara itu dan pemimpinnya tentang isu ini dalam sebuah pidato penting di Melbourne.
“Kami memuji perubahan kebijakan yang diambil oleh Selandia Baru, karena itu sejalan dengan apa yang telah dikerjakan dan diperjuangkan oleh negara-negara Kepulauan Pasifik.”
“Australia belum mengambil komitmen yang serupa. Kami menghormati kedaulatan Australia, tetapi kami berharap tidak hanya dalam hal hubungan regional, tetapi juga dalam hal tanggung jawab global, bahwa Australia akan melakukan perubahan seperti itu juga,” tambahnya.
Lebih dari 15.000 kilometer dari Melbourne, dimana Wakil Perdana Menteri Samoa mengupayakan perubahan dalam kebijakan pemerintah Australia tentang perubahan iklim, satu lagi perempuan Samoa, berusia 18 tahun, Leilua Lino, berdiri berdampingan dengan Pangeran Harry, Duke of Sussex, yang berada dalam garis suksesi keenam tahta Inggris.
Dia termasuk di antara 14 inovator dalam bidang pembangunan internasional yang menerima piala, sertifikat, dan hadiah sebesar £ 2.000 (WS $ 6.743), di kantor pusat Commonwealth di Marlborough House, London. Penghargaan ini mengakui, merayakan, dan menampilkan inovasi-inovasi berdampak besar dan solusi-solusi berwawasan ke depan, yang akan membantu negara-negara Persemakmuran mengembangkan dan memajukan nilai-nilai Piagam Persemakmuran.
Leilua Lino diperkosa oleh ayah kandungnya sendiri saat ia berusia 9 tahun, lalu ia dibesarkan di bawah naungan kelompok pendukung korban, Samoa Victim Support Group (SVSG). Tahun lalu, kesaksiannya di hadapan Mahkamah Agung Samoa melawan ayahnya sendiri menyebabkan sang ayah menerima vonis 29 tahun penjara.
Dengan penuh keberanian ia menggunakan pengalaman traumatisnya sendiri, untuk menjangkau dan melakukan advokasi untuk korban-korban kekerasan seksual lain yang belum maju, inisiatif Peace Garden yang ia mulai, serta kemampuannya untuk berbagi kisah tragisnya, telah memungkinkan Leilua Lino untuk mendekati ribuan anak di Samoa. Dia telah menjadi suara dari mereka yang tidak memiliki suara, dan menunjukkan kepada orang-orang lain yang telah mengalami pengalaman serupa, bahwa ada jalan untuk keluar dari tantangan yang terus mereka hadapi.
Dan ratusan mil di lautan, kapal patroli Polair Nafanua I milik Kepolisian Samoa mengarahkan kemudinya untuk menuju ke wilayah Prancis, Kaledonia Baru, dimana kapal itu akan singgah di Nouméa, sebelum melanjutkan perjalanan terakhirnya ke Australia. Di atas kapal ada tiga personel perempuan dari satuan maritim Kepolisian Samoa: Rosalia Manutulila, Annalieze Taumua, dan Suisui.
Ketiga perempuan tersebut, bersama dengan 18 awak kapal lainnya, telah diberikan tanggung jawab bergengsi untuk kembali ke Samoa dengan kapal patroli Nafanua II. Mereka pasti akan diabadikan dalam sejarah maritim Pasifik, sebagai polisi-polisi perempuan pertama yang dikerahkan untuk beroperasi di lautan.
Polisi satuan maritim, Constable Rosalia Manutulila, Constable Annalieze Taumua, dan Constable Suisui adalah perempuan-perempuan kelas pekerja, yang berharap Samoa akan terus sejahtera dan damai melalui pekerjaan mereka sebagai polisi perairan perempuan pertama di negara itu. Tidak diragukan lagi bahwa mereka adalah contoh yang baik bagi generasi baru calon polisi wanita Samoa, yang bersama dengan rekan-rekan prianya akan menegakkan hukum dari laut.
Kami hanya bisa berharap bahwa statistik yang dikeluarkan baru-baru ini oleh biro statistik Samoa itu, benar-benar merupakan cerminan tren perekonomian di negara ini. Berbagai penelitian telah dilakukan di seluruh dunia, menghubungkan tingkat produktivitas perempuan dengan kemajuan ekonomi sebuah bangsa.
Namun kontribusi perempuan Samoa dalam agenda pembangunan negara, mungkin dapat ditegaskan dengan lebih tepat oleh posisinya dalam tujuan PBB, bahwa memberdayakan perempuan secara ekonomi dan menghilangkan kesenjangan gender di dunia kerja, adalah salah satu upaya untuk mencapai Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan. (Samoa Observer)
Alexander Rheeney adalah salah satu editor di Samoa Observer Newspaper Group.
Editor: Kristianto Galuwo