Pengamat kapal penangkapan ikan asal Kiribati meninggal dunia, diperlukan reformasi

Pusat Pelatihan Maritim di Tarawa sekolah Eritara Kaierua pada tahun 2002. - RNZI / MTC, Kiribati. - Pacific Beat/ NZ Maritime Surveillance Patrol
Pusat Pelatihan Maritim di Tarawa sekolah Eritara Kaierua pada tahun 2002. – RNZI / MTC, Kiribati. – Pacific Beat/ NZ Maritime Surveillance Patrol

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Tarawa, Jubi – Kematian seorang pengamat kapal penangkapan ikan i-Kiribati saat bertugas di atas kapal penangkap ikan Taiwan telah menyebabkan desakan untuk reformasi dari pegiat isu ini dan anggota keluarga korban.

Read More

Eritrea Aati Kaierua meninggal pada Maret lalu ketika ia bertugas di atas kapal berbendera Taiwan, Win Far 636, yang sedang memancing di perairan Nauru.

Kejadian ini adalah kematian atau hilangnya pengamat perikanan ke-5 di Pasifik sejak 2015, menurut asosiasi pengamat Association of Professional Observers (APO), dan menurut laporan polisi Kiribati sedang menyelidiki kasus ini.

Saudari Kaierua, Nickora Kaierua, percaya bahwa kematian saudaranya itu seharusnya bisa dihindari.

“Ketika penangkapan ikan ilegal terjadi, dan ada pengamat di atas kapal tersebut tanpa alat komunikasi atau komunikasi langsung, maka mereka dalam bahaya besar dan menghadapi risiko yang sangat tinggi,” tuturnya kepada Pacific Beat.

Menurut asosiasi APO, setidaknya delapan pengamat perikanan lainnya telah hilang atau terbunuh sejak 2015 dalam tugas mereka di atas kapal-kapal di seluruh penjuru dunia, empat di antaranya adalah orang-orang Kepulauan Pasifik.

Badan perikanan Taiwan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya segera melapor ke otoritas perikanan regional dan i-Kiribati mengenai kematian Eritara Aati Kaierua. Badan itu berkata pihaknya telah menyediakan semua rekaman CCTV, laporan-laporan, buku-buku catatan, dan foto-foto kepada pemerintah Kiribati, dan bekerja sama penuh dengan tim penyidik.

Manajer program Western and Central Pacific Tuna Program WWF, Bubba Cook, mengatakan akibat pekerjaan pengamat kapal penangkapan ikan, mereka berada dalam posisi yang berbahaya.

“Kita berada dalam posisi yang sangat sulit ketika mereka mendokumentasikan masalah yang berpotensi mempengaruhi keuntungan kapal itu,” katanya.

Dia juga mendesak reformasi yang ketat agar kapal-kapal yang terkait dengan laporan pengamat yang hilang atau terbunuh diboikot sepenuh dari kegiatan penangkapan ikan.

“Jika ada konsekuensi yang tegas saat masalah-masalah seperti ini terjadi, seperti memasukkan kapal ke daftar hitam jika seorang pengamat menghilang atau terbunuh, dan itu terjadi dalam keadaan yang mencurigakan, maka kapal itu tidak akan pernah bisa beroperasi di wilayah ini lagi,” tegasnya.

Pacific Beat telah berusaha menghubungi polisi i-Kiribati dan badan perikanan Taiwan untuk meminta informasi lebih lanjut tentang investigasi namun belum menerima tanggapan apa pun. (Pacific Beat)

 

Editor: Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply