Penemu obat HIV meninggal

Papua, Peneliti
Ilustrasi. -Pixabay.com

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi – Flossie Wong-Staal, ilmuwan perempuan yang selama hampir 40 tahun meneliti HIV, meninggal pada Rabu (8/7/2020) lalu. Wong-Staal dikenal dengan sejumlah hasil penelitiannya merintis tes darah dan pengobatan retroviral yang mengubah AIDS.

Read More

Harian Washington Post, menyebutkan Wong-Staal meninggal di usianya yang ke-73. Penyebabnya, komplikasi pneumonia tapi bukan terkait Covid-19.

Baca juga :  Pengobatan ARV untuk HIV/AIDS di Indonesia terburuk di Asia Pasifik

Mengenang ‘Akilisi Pōhiva: pemimpin dan pejuang

PM Pōhiva dimakamkan, puisi terakhirnya untuk Tonga disebar

Tercatat perempuan berdarah Cina ini datang ke Amerika untuk belajar University of California, Los Angeles pada akhir 1960-an. Dia berhasil meraih gelar postdoktoral di bidang biologi molekuler di kampus itu lalu bekerja sebagai peneliti tamu di Institut Kanker Nasional di Institute Kesehatan Nasional Amerika Serikat (NIH) pada 1973.

Di NIH, Wong-Staal bekerja sama dengan Robert Gallo, peneliti penyakit kenamaan di Amerika, dan keduanya berkolaborasi dalam banyak temuan di beberapa dekade berikutnya. Satu di antaranya adalah menyediakan bukti molekuler yang definitif bahwa virus T-lymphotropic manusia (HTLV) bisa menyebabkan kanker.

“Penelitiannya menepis keraguan bahwa retrovirus manusia bisa karsinogenik, sebuah kesimpulan yang sebelumnya terabaikan,” kata NIH.

Ketika penyakit AIDS merebak di awal 1980-an, Wong-Staal, yang di akhir hayatnya adalah seorang ilmuwan senior di NIH, segera ditugaskan untuk mencarikan solusinya. Wong-Staal menjawabnya dengan menjadi orang pertama yang mengklon HIV dan mengungkap fungsi rangkaian genetiknya. Ini menjadi sebuah langkah besar dalam membuktikan HIV adalah penyebab AIDS.

Ia juga menemukan bukti molekuler variasi mikro dalam HIV yang menuntun kepada penggunaan resep ‘koktail obat’ untuk mengendalikan virus itu dan membuat orang bisa tetap hidup dengan HIV/AIDS. Dia juga menyediakan basis biologi molekuler yang diperlukan untuk tes HIV dalam darah generasi kedua.

Wong-Staal meninggalkan NIH pada 1990 untuk bekerja di University of California, San Diego, di mana dia mendirikan Pusat Riset AIDS. Di periode ini, Wong-Staal dan suaminya meluncurkan perusahaan biofarmasi yang disebut Immusol. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply