Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Direktur Papua Language Institute atau PLI, Samuel Tabuni mengatakan pemerintah kabupaten/kota di Papua harus menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai agar dapat mengubah kualitas pendidikan sejak usia dini. Pendidikan usia dini itu dinilai akan menentukan kemampuan anak asli Papua menempuh pendidikan dasar.
Samuel Tabuni menyatakan salah satu hambatan terbesar anak Papua menjalani pendidikan dasar adalah kemampuan membaca, berhitung, dan menulis. Hal itu antara lain terjadi karena pengajaran yang tidak lengkap, dan tidak secara khusus memperhatikan kemampuan belajar anak.
“Contoh, anak usia sekolah bisa membaca, tapi tidak bisa menulis. Atau, bisa membaca dan menulis, tetapi tidak bisa berhitung. lni masalah besar dan tantangan serius,” kata Tabuni di Jayapura, Sabtu pekan lalu.
Tabuni berpendapat pendidikan anak usia dini menjadi kunci untuk mempersiapkan anak menjalani pendidikan dasar. Keberhasilan anak menempuh pendidikan dasar akan menentukan kemampuannya menjalani pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
“Pendidikan usia dini adalah awal dari membangun bangsa yang kuat. Bagaimana Papua menjadi bangsa yang kuat kalau kondisi pendidikan dasar kita kacau balau,” katanya.
Samuel Tabuni mengatakan PLI telah dikunjungi Rektorat Universitas Rhode Island (URI) dari Amerika Serikat. URI ingin bekerjasama dengan PLI di Papua, dalam mempersiapkan para calon mahasiswa dari Papua. Akan tetapi URI mematok syarat ketat dalam hal pendidikan karakter, matematika, fisika dasar, serta bahasa lnggris yang baik bagi setiap calon anak didiknya.
“Tentu hal ini tidak mudah bagi kami di PLI. Saya berharap semua pemerintah daerah di Papua sungguh-sunguh mempersiapkan anak usia sekolah dasaar dan menengah dengan segala sumber daya pemerintah, dan fokus [kepada peningkatan kualitas] pendidikan di kampung,” kata Tabuni.
Tabuni juga berharap pemerintah memberikan pendidikan yang berbasis kepada nilai dan tradisi masyarakat adat yang tersebar di tujuh wilayah adat di Tanah Papua. “Pendidikan berbasis [nilai dan tradisi] suku [setempat] sangat diperlukan bagi pengembangan potensi kearifan lokal. Hal itu bisa [membuat] anak daerah mampu mengangkat harkat dan martabat bangsanya,” ujarnya.
Pemerhati pendidikan, Agustinus Kadepa mengatakan pendidikan selalu menjadi persoalan mendasar di Papua. Kadepa telah menginisiasi gerakan serta komunitas komunitas belajar mengajar di Jayapura maupun di Paniai.
“Kami mendirikan komunitas untuk memberantas buta huruf yang ada di kampung dan pinggiran kota. Itu untuk mengangkat harkat dan martabat orang Papua melalui pendidikan anak usia dini,”katanya.(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G