Pertemuan pemuda lintas agama, upaya menjaga perdamaian di Tanah Papua

papua
Para pemuda lintas agama di Papua mengikuti pelatihan Dialog Antar Agama untuk Perdamaian. -Jubi/Theo Kelen.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Puluhan pemuda Papua dari berbagai lintas agama berkumpul di Susteran Maranatha, Kota Jayapura pada 10-12 Febuari 2022. Dalam dua hari itu mereka mengikuti pelatihan “Dialog Antar Agama untuk Perdamaian”.

Read More

Pelatihan tersebut digagas Kaiciid Fellow Networking (KFN) Indonesia untuk mendiskusikan tantangan dialog antar umat beragama.

Dua hari itu para pemuda dibekali tentang sejarah agama-agama di Papua dan ajaran agama-agama yang disampaikan tokoh dari masing-masing agama. Para peserta juga dibekali analisis konflik, mengunjungi rumah ibadah, dan berbagi pengalaman kehidupan beragama dalam perbedaan.

Menurut Ketua KFN Indonesia Yusuf Daud, Ph.D pemuda dilibatkan dengan harapan mereka bisa menjadi duta-duta perdamaian di Tanah Papua. Selain itu menumbuhkan kepercayaan diri para pemuda demi menjaga Papua Tanah yang damai sebagai mercusuar perdamaian di Indonesia bagian timur.

BACA JUGA: Pandangan guru di Papua tentang kurikulum merdeka

“Jadi menumbuhkan semangat kebersamaan, gotong royong, semangat saling mendukung satu sama lain, tanpa membedakan agama maupun budaya. Tapi lebih kepada mendapatkan nilai-nilai universial satu agama serta nilai-nilai kebangsaan dan kebhinnekaan,” ujarnya.

Yusuf menjelaskan KFN Indonesia dibentuk atas inisiasi 30 aktivis lintas agama dan budaya dari seluruh Indonesia yang telah mendapatkan pelatihan internasional mengenai dialog antara agama dan budaya di Kantor Pusat King Abdullah Bin Abdulaziz (KAICIID) di Austria.

“KAICIID setiap tahun merekut aktivis-aktivis damai dari seluruh benua. Tidak hanya dari benua Asia, tapi juga paling banyak dari Indonesia, karena mungkin melihat keragaman suku bangsa kita. Alhamdulillah kita menjadi acuan juga bagi fellowship aktivis perdamaian dari Afrika, Amerika, dan Australia,” katanya.

Koordinator Program KFN Indonesia Ridwan Al Nakassary, Ph.D mengatakan program tersebut telah dilaksanakan di Jawa, Bali, Makassar, dan sekarang di Papua. Para pemuda dibekali pengetahuan bagaimana memahami akar-akar konflik dan perdamaian.

“Memahami konflik di lingkungan masing-masing maupun di Papua secara umum, bagaimana mereka memiliki kemampuan untuk menganilisis konflik yang terjadi dan dibekali dengan strategi untuk bisa menyelesaikan konflik bernuansa keagamaan,” ujarnya.

Rani yang mengikuti pelatihan tersebut mengatakan perlu peran bersama dari pemuda dalam menjaga perdamaian di Indonesia dan secara khusus di Tanah Papua. Upaya itu dapat dilakukan dengan terus menjaga tali silaturahmi lintas agama dan saling memahami antar perbedaan masing-masing agama.

“Agar dapat menipis, juga menghindari konflik antar umat agama, khususnya di kalangan pemuda,” kata Ketua KOHATI HMI Cabang Jayapura tersebut.

Fredy Mambrasar mengatakan butuh pikiran yang terbuka agar bisa menerima perbedaan. Menurutnya masih banyak pemudaa yang hidup saling curiga, hal itu yang butuh diubah.

“Tidak boleh berpikiran tertutup, mencurigai, kita harus bisa mengubah itu,” ujar ketua Karang Taruna Kelurahan Numbay, Distrik Jayapura Selatan tersebut.

Ia berpesan agar sesama pemuda tidak boleh membuat isu-isu yang mengganggu perdamaian. “Tapi mari bersama membangun dan menjaga Papua Tanah Damai,” katanya. (*)

Editor: Syofiardi

Related posts

Leave a Reply