Papua No. 1 News Portal I Jubi,
Deiyai, Jubi – Walaupun diwarnai duka atas peristiwa penembakan di kampung Oneibi yang menewaskan satu orang dan melukai belasan lainnya, Pemerintah Kabupatan (Pemkab) Deiyai tetap akan melaksanakan upacara peringatan HUR RI ke 72, pada 17 Agustus nanti, di lapangan Tomas Adii Waghete.
Niel Pekei, warga Oneibo, mengatakan hingga kini pihaknya masih dalam suasana duka namun pihak tertentu memaksakan untuk menggelar upacara tersebut.
“Kejadian ini terjadi pada awal bulan Kemerdekaan Indonesia, 1 Agustus. Ini membuat hati kami hancur. Kami sepakat tidak mengadakan upacara pada 17 Agustus nanti. Itu kami sepakat pada tanggal 2 Agustus di halaman Polsek Tigi saat jenasah Yulianus kami taruh di sana,” kata Niel Pekei, kepada Jubi, di Waghete, Selasa, (8/8/2017).
Sebagai bukti penolakan tersebut, sesaat setelah terjadi penembakan secara spontan warga Tigi merobohkan tiang bendera di lapangan Tomas Adii Waghete.
“Spontan warga kasih rusak tiang bendera sebagai bentuk protes atas kematian Yulianus,” ungkapnya.
“Kalau mau laksanakan upacara berarti mau bunuh secara sistematis kepada kami. Kami sedang duka. Pemda Deiyai lagi mau paksakan kami untuk berikan kebebasan lagi. Kami tidak punya hak untuk tahan bendera bintang merah putih,” katanya menambahkan.
Terpisah, Ketua Panitia HUT 17 Agustus 2017 Kabupaten Deiyai, Simon Mote, mengaku pihaknya tengah membenahi kerusakan tiang bendera dan sejumlah umbul-umbul yang dirusak warga pasca penembakan.
“Kami akan laksanakan upacara bendera 17 Agustus nanti. Sementara kami sedang benahi tiang bendera yang patah dan beberapa umbul-umbul,” kata Simon Mote via selular kepada Jubi.
Ditambahkan, menjelang upacara pihaknya telah berkordinasi dengan warga terutama pihak keluarga korban untuk mengizinkan menggelar upacara itu. (*)