Pemerintah Pasifik dorong masyarakat buat kebun di pekarangan rumah

Pengacara Fiji, Fili Vosorogo, dan keluarganya juga membuat kebun di halaman belakang mereka. - Pacific Beat
Pengacara Fiji, Fili Vosorogo, dan keluarganya juga membuat kebun di halaman belakang mereka. – Pacific Beat

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Suva, Jubi – Di tengah kekhawatiran Pasifik akan menghadapi kekurangan stok makanan selama karantina wilayah, warga kota di seluruh wilayah ini telah kembali ke gaya hidup tradisional dan membuat kebun sendiri di pekarangan rumah mereka.

Read More

Pasifik cenderung memiliki ketergantungan pada makanan impor; misalnya, Fiji mengimpor 85% berasnya dari Vietnam dan Thailand.

Pemerintah Australia saat ini dipercaya sedang mengkaji risiko ketahanan pangan setiap negara Pasifik, namun ada yang khawatir bahwa meskipun perbatasan masuk negara-negara masih terbuka untuk pengiriman kargo, tidak semua kapal masih terus beroperasi.

Pemerintah-pemerintah Pasifik juga menyadari persoalan ini dan, di Fiji, pemerintah telah meluncurkan program Farm Support, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman jangka pendek dan membagikan benih tanaman secara cuma-cuma sebagai bagian dari inisiatif berkebun di rumah.

“Kita mendesak keluarga-keluarga lainnya untuk datang dan mengambil benih tanaman tanpa biaya, dan mulai sedikit berupaya untuk menanam sayuran sendiri di halaman belakang rumah, memanfaatkan halaman belakang dan menggantikan makanan impor,” kata Menteri Pertanian Fiji, Mahendra Reddy, baru-baru ini.

Dan banyak orang di ibu kota Fiji, Suva, dan kota-kota besar di Pasifik lainnya telah beralih ke berkebun di halamannya, termasuk salah satu pengacara terkemuka Fiji, Filimoni Vosarogo.

Ia dan keluarganya mulai mencoba membuat kebun sejak tahun lalu, tetapi Vosorogo menceritakan bahwa dia menghabiskan lebih banyak waktu dan tenaga di kebunnya di rumah selama Suva dikarantina akibat Covid-19.

“Saya mulai berkebun sejak hari pertama karantina wilayah. Hari pertama adalah dimana kita memindahkan semua benih untuk rumah kaca,” katanya.

Istrinya Sera berkata anak-anak mereka juga membantu berkebun dan mereka melihat banyak manfaat dari kegiatan ini.

Fiji bukan satu-satunya negara yang mencari cara untuk meningkatkan produksi lokal.

Di Vanuatu, Kementerian Pertanian juga menjual bibit, sementara di ibu kota Kepulauan Solomon, Honiara, orang-orang telah membudidayakan halaman belakang mereka, termasuk Atenasi Ata, CEO Kamar Dagang Industri Kepulauan Solomon.

“Kita baru saja mulai akhir pekan ini. Anak-anak saya ngotot untuk menanam kacang! Saya tidak yakin kita bisa memberi makan semua orang dengan kacang, jadi kita akan menanam kubis, terong,” katanya.

KADIN Kepulauan Solomon baru-baru ini melakukan survei atas stok makanan impor yang saat ini disimpan oleh penjual sembako.

“Kita menyurvei beras, tepung, gula, sabun… kebanyakan pedagang memiliki stok sembako yang cukup untuk mungkin enam hingga delapan minggu. Jika kita bisa memastikan kapal terus masuk, bahkan dengan karantina 14 hari, maka risiko kekurangan makanan itu rendah,” tegasnya. (Pacific Beat)

 

Editor: Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply