Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Aparat Kepolisian Prancis pada Senin (19/10/2020) melancarkan serangkaian operasi penggerebekan yang menargetkan jaringan kelompok ekstremis, setelah insiden pemenggalan seorang guru sejarah, Samuel Paty yang sebelumnya membahas kartun Nabi Muhammad di kelas.
Aparat Kepolisian Prancis telah menangkap 15 orang, termasuk empat murid, yang kemungkinan membantu si pelaku untuk mengidentifikasi korban dengan iming-iming imbalan.
Dilansir AFP, menyebut pada Selasa (20/10/2020), aparat penegak hukum Prancis menggerebek 40 lokasi yang sebagian besar dilakukan di Paris.
“Kami ingin mengganggu dan menggoyahkan gerakan ini dengan cara yang sangat ditentukan,” kata salah seorang sumber dari Kementerian Dalam Negeri Prancis.
Baca juga : Majalah pembuat gambar rasial di Prancis menuai kutukan publik
Empat Tewas, 45 Cedera Saat Protes Kartun Nabi
Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, menyatakan pemerintah akan memburu musuh-musuh negara terkait jaringan kelompok radikal. Selain itu akan memperketat pengawasan terhadap lembaga dan badan amal yang dicurigai memiliki hubungan dengan kelompok ekstremis.
Para pejabat menyebutkan mereka akan menargetkan dua kelompok supaya ditutup, yakni Collective Against Islamophobia di Prancis yang mengklaim memantau serangan terhadap Muslim, dan BarakaCity yang menggambarkan dirinya sebagai organisasi kemanusiaan.
Dalam sebuah unggahan di media sosial, BarakaCity menuduh Darmanin “menjadi gila” dan mengatakan dia mengambil keuntungan dari sebuah tragedi.
Darmanin juga memerintahkan penutupan sebuah masjid di wilayah Pantin di pinggiran kota Paris. Dia menuduh imam masjid itu mendorong intimidasi terhadap korban dan mempublikasikan alamat sekolah tempat korban bekerja.
Sementara itu, jaksa penuntut umum di Paris mengatakan mereka telah membuka penyelidikan ke situs kelompok neo-Nazi Prancis yang ditampung peladen di luar negeri, yang menerbitkan ulang foto jasad Paty yang dipenggal. Sebelumnya gambar itu diunggah di Twitter oleh pelaku.
Guru Samel Paty 47 tahun diserang saat pulang dari sekolah menengah pertama tempat dia mengajar di Conflans-Sainte-Honorine, 40 kilometer barat laut Paris.
Sebelumnya, Paty telah memberikan pilihan kepada murid-murid yang beragama Muslim untuk meninggalkan kelas saat dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad. Namun, pelajaran itu tetap menimbulkan polemik.
Ayah dari salah satu murid Paty meluncurkan kampanye daring melawan guru tersebut, dan kini ia telah ditangkap bersama dengan satu orang lain. Foto Paty dan sebuah pesan yang mengakui pembunuhannya ditemukan di ponsel milik pelaku, Abdullah Anzorov. Lebih dari satu dasawarsa lalu, Anzorov datang tiba di Prancis bersama keluarganya setelah pindah tanah kelahirannya di Chechnya, Rusia.
Empat anggota keluarga Anzorov kini ditahan oleh polisi. Pembunuhan itu dinilai dilakukan dengan motivasi yang sama dengan insiden penembakan pada 2015 lalu, yang menargetkan kantor majalah satir Charlie Hebdo. Saat itu, 12 orang termasuk sang kartunis ditembak mati karena menerbitkan kartun Nabi Muhammad.
Seorang pakar pendidikan Prancis memperingatkan bahwa pembunuhan itu bisa menghalangi guru untuk membuka dialog di kelas perihal topik sensitif di masa depan.
Pada Senin kemarin, sejumlah tokoh masyarakat Muslim setempat berkumpul untuk menyampaikan belasungkawa. “Sangat penting datang ke sini untuk menunjukkan bahwa yang terjadi di sini bukanlah Islam. Itu dilakukan oleh preman yang tidak ada hubungannya dengan Islam,” kata Kemadou Gassama, seorang imam di Paris.
Pemenggalan Paty adalah serangan kedua yang terjadi sejak persidangan kasus penembakan Charlie Hebdo dimulai pada bulan lalu.
Majalah tersebut juga memicu perdebatan karena memutuskan menerbitkan ulang kartun-kartun kontroversial itu menjelang persidangan. Pada September lalu, seorang pemuda Pakistan melukai dua orang dengan pisau daging di luar bekas kantor majalah itu di Paris. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol