Pemda diminta membeli pangan lokal untuk dijadikan bantuan pangan Covid-19

Penjual sagu melayani pembeli di Pasar Pharaa, Sentani, Rabu (1/4/2020) - Jubi/Engelbert Wally.
Foto ilustrasi, penjual sagu melayani pembeli di Pasar Pharaa, Sentani, Rabu (1/4/2020) – Jubi/Engelbert Wally.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Ketua Dewan Adat Papua versi Kongres Luar Biasa, Dominikus Surabut berharap produksi pangan lokal masyarakat asli Papua dapat dibeli pemerintah dan dijadikan bagian dari bantuan pangan bagi warga yang terdampak pandemi Covid-19. Upaya itu penting untuk menjaga daya beli masyarakat asli Papua dalam pandemi Covid-19.

Read More

Surabut seharusnya pemerintah tidak hanya menyalurkan bantuan berupa bahan makanan yang diproduksi di luar Papua, seperti beras, mi instan, telur, minyak goreng, dan sebagainya. Surabut berharap pemerintah mau menjadikan bahan pangan lokal sebagai bagian bantuan pangan yang diberikan kepada warga selama masa pembatasan sosial pandemi Covid-19.

“Saya melihat masih ada Mama-mama Papua yang berjualan di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Wamena, Nabire dan di beberapa tempat lain. Artinya, pedagang asli Papua itu mempunyai stok bahan makanan. Tinggal pemerintah menjemput peluang usaha yang dilakoni oleh Mama mama Papua,” kata Surabut saat dihubungi melalui panggilan telepon pada Selasa (21/4/2020).

Ia menyatakan jika pemerintah atau pihak lain mau membeli pangan lokal produksi masyarakat, maka para Mama-mama Papua itu tidak perlu berjualan di tempat umum pada masa pandemi Covid-19. Jika kebutuhan hidupnya terpenuhi, Surabut yakin para Mama-mama Papua akan tinggal di rumah bersama keluarganya.

“Pemerintah daerah, organisasi, lembaga swadaya masyarakat,  atau siapapun yang akan memberikan bantuan pangan untuk kelompok terdampak, berikanlah juga pangan lokal. Misalnya, sagu, ubi, sayur-sayuran, buah-buahan yang dijual Mama-mama pedagang asli Papua. Itu akan mengurangi risiko penyebaran virus korona di kalangan orang asli Papua,” kata Surabut.

Surabut mengatakan banyak Mama-mama Papua yang tetap berjualan di tengah pandemi Covid-19. “Sangat tidak adil apabila Mama-mama masih berjualan di tengah pandemi Covid-19, sementara orang lain [menjalani isolasi] di rumah mereka” katanya.

Ketua Dewan Adat Wilayah Meepago, John NR Gobai mengatakan pemerintah daerah harus membuat terobosan kebijakan untuk menyerap pangan lokal dan menjadikannya bantuan pangan bagi warga terdampak Covid-19 di Papua. Jika kebijakan itu dapat diterapkan, ia yakin risiko penularan virus korona di kalangan orang asli Papua dapat diturunkan.

“Banyak [Mama-mama Papua tetap] mau berjualan di pasar, karena [hasil kebun] mereka tidak ada yang [beli], dan mereka merasa kekurangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Itu peluang bagi pemerintah untuk memborong hasil kebun mereka, agar mereka bisa tinggal di rumah,” kata Gobai.

Gobai mengatakan kebijakan itu harus segera dijalankan pemerintah daerah di Wilayah Adat Meepago, Lapago, Saireri, Anim-Ha yang telah menemukan kasus positif korona di wilayahnya. Upaya itu penting untuk memastikan tidak ada orang asli Papua lain yang ikut tertular virus korona. “Persoalan di Papua sudah banyak, termasuk persoalan kemanusiaan yang belum usai,” kata Gobai mengingatkan.(*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Related posts

Leave a Reply