Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Abu Jamea, 27 tahun, seorang pembuat roti memelihara dua ekor anak singga berusia 27 hari dengan cara menempatkan di atap apartemen tempatnya tinggal. Hal itu menjadikan hiburan tersendiri bagi anak-anak di Gaza, Palestina yang selama ini akrab dengan perang. Mereka saat ini senang berkunjung ke salah satu apartemen di sana untuk bermain dengan Fathy dan Filisteen, nama dua anak singa itu.
“Ini adalah hobi saya, saya terikat pada mereka dan saya senang memilikinya,” kata Abu Jamea dikutip dari Reuters, Kamis, (12/11/2020).
Baca juga : Kebun binatang di Inggris akan dibuka pertengahan bulan nanti
Harimau kebun binatang New York terkena corona
Pasangan ini tak sadar membeli anak harimau, awalnya mengira kucing
Jame yang berharap suatu saat nanti bisa memiliki kebun binatang sendiri itu meyakini dua anak singga yang ia peliharan tidak berbahaya. “Ketika kita merawat mereka saat masih bayi, maka akan tumbuh harmoni di antara kami. Mereka tidak akan menyakiti,” kata Jamea.
Jamea mendapatkan anak-anak singa ini dari kebun binatang setempat tetapi menolak memberikan rincian lebih lanjut. Keadaan ini mengundang keprihatinan dari para ahli hewan.
Amir Khalil, seorang dokter hewan, khawatir dengan kondisi Fathy dan Filisteen dan warga yang ada di dekatnya. Pasalnya di usia enam bulan singa menjadi lebih berbahaya karena ukurannya yang makin besar dan ototnya makin kuat.
“Saya menyarankan otoritas Gaza untuk mengambil singa-singa itu,” kata Amir.
Ia juga mengkhawatirkan kesejahteraan anak-anak singa itu karena memelihara singa di rumah dapat membuat mereka kehilangan kesehatan, makanan yang cukup dan perawatan medis serta dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang akut.
“Terutama pada otot, persendian dan tulang, ” katanya.
Direktur layanan hewan di kementerian pertanian Gaza, Hassan Azzam, mengatakan mereka belum menerima laporan tetapi kementerian bermaksud untuk menyelidiki.
“Hukum Palestina tidak mengizinkan memelihara hewan liar di rumah orang. Hewan liar harus dipelihara di rumah kebun binatang yang tepat,” ujar Hassan.
Menurut dia, saat ini kebun binatang Gaza mengeluhkan penurunan jumlah pengunjung sehingga kesulitan dana untuk merawat hewan-hewan. Kesulitan sudah mereka rasakan bahkan sebelum pandemi virus corona. Sebelum pandemi mereka harus menghadapi blokade Israel yang membatasi pergerakan orang dan barang yang keluar atau masuk Gaza. (*)
Editor : Edi Faisol