Peluang bisnis pisang terbentur modal

Martha Watak di lapaknya berjualan – Jubi/Frans L Kobun
Martha Watak di lapaknya berjualan – Jubi/Frans L Kobun

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Berdagang pisang cukup menjanjikan karena bisa memasok kebutuhan usaha makanan olahan. Sayang, peluang tersebut terbentur modal.

Read More

MARTHA Watak sibuk membereskan deretan tandan pisang agar tersusun rapi. Ada kepok, ambon, serta pisang raja memenuhi lapak jualannya di Pasar Wamanggu, Merauke.

“Saya berjualan setiap hari. Pukul 05.00 (Waktu Papua) sudah keluar rumah dengan berjalan kaki menuju Pasar Wamanggu,” kata Watak kepada Koran Jubi, Sabtu (30/6/2019).

Watak mendapatkan pisang dengan membelinya dari warga eks transmigrasi setempat. Mereka rutin memasok kebutuhan dagang Watak saban pagi.

“Saya tidak memiliki kendaraan untuk membeli langsung ke lokasi. Jadi, mereka yang antar dan bertransaksi di sini,” ujarnya.

Watak biasa membeli dua hingga tiga tandan pisang setiap hari untuk dijual lagi dalam satuan sisir kepada para pelanggan.

“Saya tidak ambil (membeli) banyak karena disesuaikan dengan modal.”

Sesisir pisang dijual Watak seharga Rp10 ribu-Rp20 ribu, bergantung ukuran buah. Pelanggan terkadang menawar saat membeli dalam jumlah banyak.

Pendapatan dari berjualan pisang tidak menentu. Saat ramai pembeli, keuntungannya bisa mencapai Rp100 ribu sehari. Kalau sepi, hanya Rp50 ribu sehari.

“Meskipun untungnya sedikit, harus tetap disyukuri karena ini pekerjaan saya satu-satunya. Jadi, itulah berkat (rezeki) yang diberikan Tuhan,” kata Watak.

Butuh modal

Watak berjualan pisang sejak sekitar enam tahun lalu. Dia melakoni itu untuk membiayai kebutuhan hidup keluarga. Suaminya telah meninggal, sedangkan dua anak mereka masih bersekolah. Satu di bangku sekolah dasar dan satu lagi di sekolah menengah pertama.

“Saya bekerja (mencari nafkah) sendiri karena suami telah meninggal. Saya harus menghidupi keluarga dan menyekolahkan dua anak,” katanya.

Watak sebetulnya ingin mengembangkan usaha karena peluangnya cukup menjanjikan. Selain untuk dikonsumsi warga, pisang yang dijualnya digunakan sebagai bahan baku bagi usaha makanan olahan. Keterbatasan modal membuat peluang tersebut lewat begitu saja.

“Saya berharap bantuan modal dari pemerintah agar bisa membeli pisang dalam jumlah banyak.”

Keterbatasan modal semakin berat dirasakan ketika dagangan tidak laku. Pisang pun membusuk dan tidak bisa dijual lagi kepada pelanggan sehingga keuntungan Watak berkurang.

Anggota DPRD Kabupaten Merauke, Tarsisius Awi, meminta pemerintah setempat memperhatikan nasib Mama-Mama Papua yang berjualan di Pasar Mopah maupun Wamanggu. Agar usaha mereka berkembang, pemerintah harus turut memodali.

“Saya melihat belum ada perhatian serius. Pemerintah seharusnya memberi dukungan pendanaan yang sangat dibutuhkan Mama-Mama Papua,” kata Tarsisius. (*)

Editor: Aries Munandar

Related posts

Leave a Reply