Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
Jakarta, Jubi – Pemerintah China menganggap pelayaran kapal perang Inggris di Laut China Selatan pada akhir Agustus lalu beresiko mengganggu negosiasi hubungan dagang kedua negara, terutama setelah London resmi keluar dari Uni Eropa.
Surat kabar China Daily menganggap pelayaran HMS Albion di dekat Kepulauan Paracel pada 31 Agustus lalu berisiko bisa merusak setiap peluang dalam perundingan dagang kedua negara.
"China dan Inggris telah sepakat untuk secara aktif mengeksplorasi kemungkinan membahas perjanjian perdagangan bebas setelah Brexit berlaku. Setiap tindakan yang merugikan kepentingan utama China hanya akan merusak negosiasi," tulis laporan editorial koran tersebut, Jumat (7/9).
China dan Inggris sebelumnya telah sepakat meninjau peluang kerja sama perdagangan bilateral pasca-Brexit berlaku Maret 2019 mendatang.
London telah lama merayu Beijing untuk mempertahankan hubungan dagang setelah Brexit berlaku. Meski begitu, pembicaraan resmi kedua negara tidak bisa dimulai sampai Inggris secara resmi meninggalkan Uni Eropa.
Jika kerja sama perdagangan tersebut disetujui, ini akan menjadi kemenangan politik yang signifikan bagi pemerintahan Perdana Menteri Theresa May. Meski begitu, peninjauan hubungan dagang keduanya diperkirakaan memakan waktu hingga bertahun-tahun.
Dalam editorial itu, Beijing menganggap Inggris mencoba "menjilat" Amerika Serikat karena belakangan didesak untuk lebih banyak berpartisipasi internasional dalam kebebasan bernavigasi di perairan internasional strategis.
"Sekarang ini Inggris sedang mengincar AS sebagai garis hidup ekonominya setelah mereka keluar dari Uni Eropa. Inggris tidak diragukan lagi ingin merebut kesempatan apa pun yang bisa dekat dengan Washington," kata Kemhan AS seperti dikutip Reuters.
Ancaman keberlangsungan negosiasi itu dilontarkan China setelah HMS Albion kedapatan berlayar di dekat Kepulauan Paracel yang saat ini masih menjadi sengketa antara China, Taiwan, dan Vietnam.
China dikabarkan mengerahkan kapal fregat atau salah satu jenis kapal perang dan dua helikopter militer untuk mencegat kapal perang Inggris tersebut. Meski begitu, kedua pihak disebut berada dalam posisi tenang selama pertemuan itu.
Melalui pernyataan, Kementerian Pertahanan China juga mengatakan upaya bersama yang dilakukan Beijing bersama negara-negara Asia Tenggara selama ini sudah mampu menjaga stabilitas Laut China Selatan.
"Negara-negara tertentu dari luar kawasan tidak mengerti ini, dan mengirim kapal-kapal militer serta pesawat militernya ke Laut China Selatan untuk membuat masalah dan mengancam perdamaian serta stabilitas regional." (*)