Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nongyap menanyakan tips mengantisipasi berbagai ancaman maupun teror kepada seorang jurnalis terkait pemberitaan yang membuat orang lain sangat terganggu.
KOMUNITAS Filmaker Papuan Voices Merauke-Papua yang diketuai Urbanus Kiaf menyelenggarakan seminar dan pelatihan film dokumenter dan advokasi di Aula Pangkat-Kelapa Lima, Jumat-Minggu, 21-23 Februari 2020.
Beberapa pemateri dihadirkan, termasuk jurnalis Jubi Perwakilan Merauke yang memberikan materi jurnalistik.
Materi jurnalistik tentang bagaimana teknik menulis berita dan kiat melakukan wawancara yang baik kepada narasumber.
Sesi materi jurnalistik menyedot perhatian puluhan peserta, di antaranya aktif bertanya. Akibatnya dari waktu yang disediakan panitia satu jam terpaksa ditambah setengah jam.
Seorang peserta, Yohanes Nongyap, yang juga mantan ketua Perhimpunan Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Merauke, misalnya mengajukan sejumlah pertanyaan.
“Sebelum beberapa hal penting yang saya sampaikan berkaitan dengan cara kerja seorang jurnalis, pertama-tama saya menyampaikan terimakasih banyak kepada kakak Frans Kobun, Jurnalis Jubi Merauke. Karena beberapa kali memberikan materi tentang jurnalistik kepada kami ketika saya masih menjabat sebagai ketua PMKRI,” katanya.
Selain memberikan materi, demikian Nongyap, juga melakukan tulisan. Ia mengaku sudah bisa menulis di salah satu media mingguan Merauke, yakni Sorak Ilik Keuskupan Agung Merauke.
“Bagi saya ilmu jurnalistik yang diberikan Kakak Frans Kobun sangat bermanfaat karena mengantar saya bisa menulis, meskipun harus terus belajar,” katanya.
Nongyap juga menanyakan tips menjaga sekaligus mengantisipasi berbagai ancaman maupun teror kepada seorang jurnalis terkait pemberitaan yang membuat orang lain sangat terganggu.
“Sedikit banyak saya mendapatkan informasi kalau seorang jurnalis sering diancam dan diteror bahkan diintimidasi, ketika berita yang ditulis mengganggu kenyamanan orang lain, lalu apa yang harus dilakukan,” tanyanya.
Peserta lain, Nobertus, menanyakan bagaimana dengan sebuah tulisan yang telah diterbitkan ternyata hasilnya tidak sesuai yang diinginkan narasumber.
“Apa yang harus saya lakukan, kenapa ini saya tanyakan, karena sering kali apa yang disampaikan narasumber justru tidak ditulis utuh seorang jurnalis, ada kesan tulisan dipotong dan makna sesungguhnya diabaikan,” ujarnya.
Dia juga menanyakan apakah bisa kalau setelah seorang jurnalis menulis beritanya, narasumber mempunyai hak melihat terlebih dahulu tulisannya sebelum dipublikasikan.
Ketua Komunitas Filmaker Papua Voice Wilayah Merauke, Urbanus Kiaf, mengatakan mengetahui dan memahami jika pekerjaan seorang jurnalis sangat berisiko. Lalu banyak waktu tersita untuk melaksanakan tugas sebagai jurnalis. Dengan demikian, waktu bagi keluarga pasti sangat terbatas.
Dalam kesempatan itu, Kiaf juga ingin mendapatkan gambaran bagaimana cara yang harus dilakukan dalam membimbing dan mendampingi seorang jurnalis yang masih pemula.
“Mungkin ada kiat yang perlu dilakukan agar jurnalis pemula tidak terlalu lama belajar tentang dunia jurnalistik sesungguhnya, tetapi cepat dipahami dan dimengerti,” katanya.
Terhadap sejumlah pertanyaan yang diajukan itu, Jubi mencoba menjawab dengan pengalaman yang pernah dialami dan dirasakan selama menjadi seorang jurnalis.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ancaman, teror, dan intimidasi sudah pasti dialami seorang jurnalis. Itu akibat pemberitaan yang membuat pihak lain tersinggung.
Tentunya ketika mendapatkan ancaman demikian, seorang reporter harus menyampaikan kepada pimpinan di tingkat atas, mulai dari redaktur hingga pemimpin redaksi. Sehingga dapat diambil langkah antisipasi selanjutnya.
Khusus pertanyaan terkait pemberitaan yang tidak sesuai, narasumber mempunyai hak mengklaim ke redaksi. Bisa saja menelepon wartawan bersangkutan atau mendatangi redaksinya.
Berkaitan dengan cara mendampingi seorang jurnalis yang masih pemula, menjadi tugas dan tanggung jawab seorang redaktur. Ada beberapa cara dapat dilakukan, misalnya pada saat proses editing berlangsung, jurnalis bersangkutan berada di samping redaktur.
Sehingga bisa melihat bagaimana cara mengedit suatu berita yang baik dan benar sesuai kaidah jurnalistik. Juga kesalahan kata maupun kalimat, langsung disampaikan saat itu.
Selain itu, beberapa metode lain bisa diberikan kepada jurnalis pemula. Misalnya bedah tulisan yang perlu dilaksanakan secara rutin tiap minggu di redaksi.
Pengembangan kapastitas SDM
Urbanus Kiaf menjelaskan Papua Voice Perwakilan Merauke merupakan organisasi nonpemerintah yang bekerja di bidang audio visual dan advokasi. Fokus kegiatan organisasi tersebut adalah membangun jaringan, kampanye, dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
Organisasi ini berkedudukan di Tanah Papua dan berbentuk perkumpulan serta disahkan dalam akte notaris tanggal 21 Mei 2016.
“Perkumpulan didirikan untuk menjadi tempat pengembangan kapasitas SDM, khususnya generasi muda Papua dalam menggunakan media audio-visual,” katanya.
Kiaf meyakini dengan memberikan ruang kreatif bagi generasi muda akan muncul kreativitas dan semangat kerja generasi muda mengembangkan keahlian yang dimiliki, mandiri, serta memiliki komitmen besar terlibat aktif dalam proses pembangunan di Tanah Papua.
“Perkumpulan ini ingin menjadi tempat pembelajaran bagi generasi muda di Tanah Papua dan mendukung inisiatif-inisiatif perubahan baru, keadilan sosial, demokrasi keadilan, dan perdamaian,” ujarnya
Ditambahkan, sejak terbentuk Papua Voice telah melakukan serangkaian kegiatan pelatihan serta memproduksi video dan film tentang kehidupan manusia dan alam Papua.
Kemudian pada 2017 menggelar Festival Film Papua di Merauke, 2018 di Jayapura, dan 2019 di Sorong. Rencananya festival berikutnya tahun ini di Wamena. (*)
Editor: Syofiardi