Jubi | Portal Berita Tanah Papua No. 1,
Port Moresby, Jubi – Seorang pejuang lingkungan dari Papua Nugini, Paul Pavol meraih penghargaan dari Amerika Serikat atas jasanya mengampanyekan anti penebangan hutan liar. Paul berharap dengan penghargaan itu, pihak luar akan memahami isu kebijakan lingkungan di negaranya yang menjadi negara tropis terbesar di Pasifik.
Paul menjadi penerima penghargaan kelima dari Alexander Soros Foundation untuk jasanya di bidang lingkungan dan hak asasi manusia. Paul yang menjadi peneliti di Universitas Papua Nugini itu telah meramalkan pada tahun 2008 bahwa hutan tropis di negaranya akan habis pada tahun 2031 akibat banyaknya penebangan hutan untuk kepentingan komersial.
Paul sebagai warga asli Pomio di provinsi East New Britain mengaku dirinya tidak bisa menolerir perusahaan-perusahaan komersial yang menebang hutan sembarangan hingga merusak lingkungan tempat suku Menge hidup.
Dengan kebutuhan akan bahan baku bangunan yang terus bertambah, Papua Nugini menjadi salah satu negara pengekspor kayu lapis terbesar dunia, menurut konsultan investasi dan ekonomi dari kelompok Bisnis Oxford.
Masyarakat asli Papua Nugini yang berjumlah kurang lebih 800 kelompok telah menentang terbitnya izin penebangan hutan dari pemerintah bagi perusahaan-perusahaan itu. Namun, suara mereka tidak pernah didengar pemerintah.
Oleh karena itu, Paul mulai mengorganisir protes, berkampanye menolak penebangan liat dan menyebarkan petisi untuk menolak penebangan liar di hutan. “Saya pergi berkeliling dan bicara pada orang-orang, menasihati mereka dan mengajak mereka melakukan perlawanan,” ujarnya.
Ia mengatakan, perusahaan-perusahaan kayu itu telah menghancurkan hutan di mana ia dan kelompok sukunya tinggal sejak zaman leluhurnya dulu. Mereka bercocok tanam, mencari ikan, dan mendapat mata pencaharian di hutan. Namun, kini semua sudah berubah menjadi perkebunan sawit.
Paul tetap melanjutkan kampanyenya meski ia dan keluarganya menerima berbagai ancaman dan intimidasi dari polisi. “Mereka bilang apa yang saya lakukan ini menghambat pembangunan. Tapi saya bilang bahwa saya tidak menghambat pembangunan. Kita semua ingin pembangunan, tapi tidak ada yang mau hidup tanpa memiliki lahan,” ujarnya.
Alexander Soros Foundation didirikan oleh putera seorang miliuner, George Soros pada tahun 2012. (*)