Papua No.1 News Portal | Jubi
Oksibil, Jubi – Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang (Pegubin), Papua, terus berupaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM), salah satunya dengan menerapkan konsep pembelajaran berbasis budaya.
Isak Samuel Snanfi, Guru SD Impres Esipding, Kecamatam Serambakon, Kabupaten Pegunungan Bintang mengatakan konsep pembelajaran berbasis budaya sudah diterapkan pada siswa SD dan SMP, dengan menggandeng Yayasan Alirena.
“Saat ini kami mengajar siswa dengan menggunakan media sumber daya alam yang ada di sekitar, seperti ubi, keladi, air, tanaman dan lainnya. Tak dipungkiri, cara ini lebih dipahami anak-anak ketimbang mereka harus belajar melalui buku,” kata Isak di Oksibil, Kamis (12/8/2021).
Menurut ia, sumber daya alam bisa dijadikan wadah dalam belajar seperti untuk pembelajaran matematika, ilmu pasti, agama dan lainnya. Bahkan cara ini lebih mudah dipahami peserta didik.
“Ini salah satu program Pemerintah Kabupaten Pegubin yang perlu didukung penuh dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas,” ujarnya.
Hal senada dilontarkan, Dion, guru pembimbing di SMPN Ok Aom. Dirinya berpendapat, konsep pembelajaran berbasis budaya saat ini diterapkan di tiga titik, yakni Distrik Ok Aom, Iwur dan Oksibil, dengan jadwal serta kurikulum yang tetap sama. Hanya saja, cara mengajar dan belajarnya yang diubah.
“Selama ini budaya masuk dalam muatan lokal, tapi saat ini kami gunakan untuk mengajari para siswa agar bisa lebih mengerti terhadap semua pelajaran yang disampaikan guru,” kata Dion.
Soal kurikulum, ujar ia, tidak ada yang berubah. Hanya sebutannya saja yakni Kurikulum Budaya Pegunungan Bintang.
“Intinya, kami tidak bisa membawa pola kurikulum dari Jakarta, Bogor ataupun tempat lainnya untuk mengajari anak-anak didik di Pegubin, sebab itu akan membuat peserta didik jenuh dan akhirnya tidak mau bersekolah,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pegunungan Bintang, Anandias Kalakmabin mengatakan, kehadiran 22 guru andalan dan pendamping dari Yayasan Alirena sangat membantu proses pembelajaran kepada siswa, baik materi belajar bahasa Indonesia, bahasa Inggris, kimia dan lainnya, sebab selama ini yang diterapkan di sekolah adalah kurikulum 13, yang menyebabkan siswa tidak mampu memahaminya.
“Konsep pembelajaran yang diterapkan saat ini sangat baik, dimana saat ini sudah banyak peserta didik yang bisa memahami pelajaran, karena yang didapat di sekolah tidak hanya materi saja,” katanya.
“Kami harap ke depan dengan pola belajar seperti ini akan lebih banyak lagi anak-anak Pegunungan Bintang yang pintar, berwawasan luas dan menjadi pemimpin Papua,” harapnya.
Di tempat yang sama, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Pegunungan Bintang, Harryadi Widjasena mengatakan dari 10 ribu lebih siswa SD di Pegubin, hanya 3 ribu yang masuk SMP, dan dari 3 ribu hanya 700 yang melanjutkan ke tingkat SMA, sementara sisanya lebih memilih tidak melanjutkan sekolah dikarenakan bosan dan jenuh akan kurikulum belajar, akibatnya IPM Pegubin sangat rendah.
Alasan inilah yang membuat Bupati dan Wakil Bupati Spei Y. Bidana – Piter Kalakmabin memilih mengubah konsep belajar mengajar dengan menggandeng Yayasan Alirena, Bogor.
“Intinya kami ingin anak-anak tidak bosan selama menjalani pendidikan di bangku sekolah,” tutupnya. (*)
Editor: Kristianto Galuwo