Papua No.1 News Portal | Jubi
Honiara, Jubi – Aktivis disabilitas telah bergabung dengan kelompok masyarakat Kepulauan Solomon yang mengecam rencana pemerintah menangguhkan Facebook untuk sementara.
Pemerintah mengatakan langkah itu diambil untuk mengatasi isu cyberbullying dan pencemaran nama baik melalui daring, tetapi mereka telah menerima tanggapan yang ganas, juga melalui daring, setelah langkah itu diumumkan bulan lalu.
Pejabat kementerian komunikasi diharapkan akan bertemu dengan kelompok penyedia jaringan internet dan telekomunikasi di Kepulauan Solomon untuk membahas bagaimana mereka akan memblokir jaringan media sosial terbesar di dunia itu.
Perdana Menteri Manasseh Sogavare mengatakan kepada Parlemen negara itu bahwa larangan itu diperlukan untuk menjaga persatuan nasional.
“Cyberbullying di Facebook itu tersebar luas, orang-orang telah difitnah oleh pengguna dengan nama palsu, dan reputasi orang yang telah dibangun selama bertahun-tahun dihancurkan dalam hitungan menit,” ujarnya.
“Kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga persatuan nasional dan hidup berdampingan bagi rakyat kita … Facebook telah mempersulit upaya untuk menyatukan negara ini.”
Namun orang-orang seperti Savina Nongebatu tidak puas dengan kebijakan tersebut.
Dia adalah seorang aktivis kaum difabel, ia memperjuangkan hak orang-orang yang hidup dengan disabilitas di Kepulauan Solomon. Nongebatu mengatakan Facebook adalah alat komunikasi yang penting bagi banyak orang penyandang disabilitas, termasuk dirinya sendiri, memungkinkannya untuk bekerja dari rumah karena dia tidak bisa naik tangga ke gedung kantornya secara langsung akibat kursi roda yang digunakan.
“Saya rasa banyak kolega saya di sektor disabilitas merasa kaget karena Facebook adalah salah satu alat komunikasi utama yang digunakan oleh kebanyakan orang … Jadi ini adalah alat yang sangat penting bagi kita untuk, pertama, berkomunikasi, tetapi juga yang kedua, untuk membagikan hasil pekerjaan kita,” jelasnya.
“Ketika kita mengatakan membagikan hasil pekerjaan kita, itu berarti kita berbicara dengan pemerintah, LSM … Ini adalah alat penting yang digunakan para penyandang disabilitas dan cukup mudah bagi kami untuk menggunakannya. Ini akan menjadi masalah yang besar jika pelarangan itu benar-benar dilakukan.”
Nongebatu mengatakan, menyebarkan informasi, terutama saat Covid-19 ini, sangat penting bagi semua orang, dan media sosial memungkinkan hal itu terjadi.
Dan dia menambahkan, Facabook sangat berguna bagi para penyandang disabilitas, yang sering diabaikan dalam layanan komunikasi publik lainnya.
Kepulauan Solomon bukan satu-satunya negara Pasifik yang mengancam akan melarang media sosial itu tahun ini. Perdana Menteri Samoa, yang juga diserang secara pribadi di Facebook, Juli lalu juga mempertimbangkan akan melarang Facebook.
Itu juga mengkhawatirkan, menurut warga Samoa, Ari Hazleman, yang buta sejak lahir. Ia mengatakan Facebook adalah alat komunikasi yang penting.
Pacific Beat telah menghubungi Pemerintah Kepulauan Solomon, dan seorang jubir menanggapi bahwa semua pemangku kepentingan, termasuk organisasi penyandang disabilitas, akan diajak untuk berkonsultasi pada waktunya nanti. (Pacific Beat)
Editor: Kristianto Galuwo