Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Antropologi Universitas Cenderawasih, Abner Krey, mengatakan PB PON Papua harus memerhatikan aspek budaya lokal dalam momentum PON XX Papua yang akan digelar Oktober mendatang.
“Agar dalam ajang nasional ini tidak menjadi kegiatan seremonial. Tapi juga ajang mengedukasi kebudayaan OAP kepada orang-orang akan yang datang ke Tanah Papua,” katanya.
Krey mengingatkan bahwa ruang ruang publik di kota dan kabupaten penyelenggara PON seperti Kota Jayapura, Kabupaten Mimika, Kabupaten Merauke, dan Kabupaten Jayapura harus diisi dengan pernak-pernik khas Papua, desain tempat-tempat wisata ala Papua, lagu-lagu juga harus diisi dengan bahasa daerah Papua.
“Agar tamu yang datang mereka merasa bahwa benar-benar mereka datang ke Tanah Papua untuk mengikuti PON,” katanya kepada jubi melalui pesan singkatnya, Senin (5/7/2021).
Krey mengatakan pemerintah harus membantu masyarakat Papua pemilik spot-spot wisata, untuk mendesain semua spot wisata dengan bercorak khas Papua. Setelah itu juga pernak-pernik yang dijual di spot-spot wisata juga harus bercorak khas Papua.
“Misalnya, pantai di sepanjang Holtekamp itu pemerintah mau membantu masyarakat mendesain seperti apa konsep dari sekarang. Supaya ketika tamu datang mereka bisa mengunjungi spot-spot wisata tersebut dan melihat secara langsung apa saja yang menjadi ciri khas budaya lokal maupun Papua secara umumnya,” katanya.
Krey mengatakan kalau berbicara sebagai jati diri berarti itu menunjukkan jati diri orang Papua secara umum. Sehingga wujud dari pada jati diri itu dan bagian dari upaya melestarikan kebudayaan dari pemerintah.
“Pemerintah harus membantu masyarakat adat masyarakat lokal untuk mendesain tempat-tempat mereka agar mereka bisa mendapatkan pengetahuan baru bagi pengunjung tapi juga masyarakat bisa mendapatkan nilai ekonomis dari hasil kunjungan tamu-tamu yang akan datang itu,” katanya.
Baca juga: Sub PB PON Kota Jayapura kembalikan anggaran ke PB PON XX Papua
Seorang warga Kota Jayapura, David Leonardo Ulim, mengatakan pemerintah bisa menterjemahkan pikiran rakyat bagaimana kearifan lokal dalam event nasional.
“Kebutuhan ekonomi menunjukkan identitas diri kita orang Papua yang kaya akan budaya saat kita memberikan edukasi bahwa Papua tidak hanya terdiri satu suku atau dua suku tetapi terdiri dari ratusan suku, bahkan bahasa,” katanya.
Ulim mengatakan penting juga pemerintahan mengakomodir generasi milenial untuk mengampanyekan terkait dengan PON dan kebudayaan Papua di media sosial.
“Karena sementara masyarakat nusantara akan jadiri pon semua masyarakat akan memandang orang Papua sehingga konten-konten YouTube harus diisi dengan dan budaya,” katanya. (*)
Editor: Dewi Wulandari