Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Paus Fransiskus pada Sabtu, (28/11/2020) melantik Uskup Washington, Wilton Gregory menjadi kardinal. Gregory mencatat namanya dalam sejarah menjadi kardinal Afrika-Amerika pertama Gereja Katolik selama upacara pelantikan di Roma bersama 12 kardinal baru.
Gregory seorang Afrika-Amerika pertama yang memegang pangkat tinggi dalam sejarah Gereja Katolik. Ia diangkat sebagai kardinal dalam sebuah upacara yang dikenal sebagai konsistori, dengan partisipasi yang lebih sedikit karena pandemi Covid-19.
Baca juga : Paus Fransiskus berlakukan aturan anti korupsi baru di Vatikan
Pesan Paskah dari Vatikan: Jangan menyerah kepada ketakutan
Pilpres Amerika, Paus Fransiskus enggan temui Menlu Pompeo
Acara yang biasanya dihadiri ribuan orang, hanya 10 tamu per kardinal yang diizinkan berada di Basilika Santo Petrus ketika Paus memberi kardinal cincin dan topi merah tradisional yang dikenal sebagai biretta.
Sembilan dari 13 orang berusia di bawah 80 tahun dan memenuhi syarat berdasarkan hukum Gereja untuk memasuki konklaf rahasia untuk memilih Paus berikutnya dari antara mereka sendiri setelah Paus Fransiskus meninggal atau mengundurkan diri.
Sejalan dengan keprihatinan Paus terhadap umat Katolik yang secara historis terpinggirkan, para kardinal baru lainnya yang dilantik berasal dari Rwanda, Brunei, Cile, dan Filipina.
Gregory, 72, yang sudah menjadi Katolik Afrika-Amerika dengan peringkat tertinggi dalam sejarah AS, mengatakan bahwa dia telah berdoa, menulis homili dan surat kepada simpatisan, dan merenungkan peran barunya.
“Ini adalah waktu untuk berterima kasih kepada Tuhan atas momen unik dalam hidup saya dan dalam kehidupan gereja di Amerika Serikat,” kata Gregory.
Ia berharap pengangkatan dirinya merupakan tanda bagi komunitas Afrika Amerika. “Bahwa Gereja Katolik memiliki penghormatan, rasa hormat, dan penghargaan yang tinggi kepada orang-orang, untuk orang-orang kulit berwarna saya,” tutur Gregory menjelaskan.
Paus sekarang telah menunjuk 57 persen dari 128 pemilih kardinal, yang sebagian besar berbagi visinya tentang Gereja yang lebih inklusif dan berwawasan ke luar.
Selama ini ia telah menunjuk 18 kardinal dari sebagian besar negara-negara terpencil yang tidak pernah memiliki satu pun, hampir semuanya dari negara berkembang. Dalam konsistori hari Sabtu, Brunei dan Rwanda memiliki kardinal pertama mereka.
Sementara Eropa masih memiliki bagian terbesar dari pemilih kardinal, dengan 41 persen, atau turun dari 52 persen pada tahun 2013 ketika Fransiskus menjadi Paus Amerika Latin pertama.
Dengan setiap konsistori, Paus Fransiskus telah meningkatkan kemungkinan bahwa penggantinya akan menjadi orang non-Eropa lainnya, setelah memperkuat Gereja di tempat-tempat di mana masih menjadi minoritas kecil.
Sembilan pemilih baru tersebut berasal dari Italia, Malta, Rwanda, Amerika Serikat, Filipina, Cile, Brunei, dan Meksiko.
Dalam homilinya, Paus Fransiskus berpesan kepada para kardinal untuk tetap memperhatikan Tuhan, menghindari segala bentuk korupsi, dan tidak mengalah pada “semangat duniawi” yang dapat menyertai prestise dan kekuasaan dari pangkat baru mereka. (*)
Editor : Edi Faisol