Paulus Pesurnay: Pelatih wajib lahirkan atlet berprestasi

Paulus Pesurnay (berdiri) ketika membawakan materi pada kegiatan TOT – Jubi/Humas KONI Papua
Paulus Pesurnay (berdiri) ketika membawakan materi pada kegiatan TOT – Jubi/Humas KONI Papua

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Prestasi atlet ada di tangan pelatih. Seorang pelatih jika ingin atletnya juara harus punya strategi. Tanpa strategi jangan berharap atlet yang ditangani bisa berprestasi. Seorang pelatih harus memiliki mimpi dan tujuan yang hebat untuk melahirkan seorang atlet juara.

Read More

“Jadi jangan pernah menyalahkan atletnya jika tidak bisa berprestasi. Salahkan diri sendiri, karena tidak mampu melahirkan atlet juara,” kata mantan pelari nasional, Paulus L. Pesurnay, sekaligus pemateri pada acara Training Of Trainers (TOT) bertema,”Pelatih unggul, atlet juara” di Hotel Sahid Kota Jayapura, Rabu, 20 Maret 2019.

Paulus Pesurnay menjelaskan tidak pilih waktu bagi atlet untuk latihan. Artinya, seorang atlet bila ingin latihan bukan harus di lapangan yang bagus. Seorang atlet jika memang betul-betul ingin berprestasi, kapan dan di mana saja bisa latihan fisik.

“Saya sudah usia 78 tahun. Sebagai mantan atlet nasional sampai sekarang saya secara rutin tiap pagi melakukan olahraga ringan. Usia 78 tahun bukan menjadi alasan buat saya untuk tidak olahraga,” kata Paulus Pesurnay ,yang menjadi atlet nasional tahun 1967.

Pria 78 tahun ini diundang KONI Papua memberikan materi tentang kemampuan gerak dasar manusia.

“Seorang pelatih barus punya mimpi dan tujuan untuk melahirkan seorang atlet berprestasi. Seorang pelatih harus punya mimpi atlet harus juara dunia. Tanpa mimpi dan motivasi ini, jangan pernah berharap seorang pelatih bisa melahirkan atlet juara,” tegasnya.

Katanya, motivasi disertai latihan rutin akan melahirkan atlet juara.

Kelemahan pelatih Indonesia, menurut dia, terletak pada  daya tahan dan kekuatan. Biasanya atlet Indonesia misalnya saat pertandingan bulutangkis. Set pertama Indonesia menang. Set ke dua kalah. Set ketiga minta doa, karena apa, fisik atlet Indonesia tidak kuat.

“Kelemahan pelatih Indonesia pada persepsi yang salah. Pelatih Indonesia menginginkan atletnya cepat-cepat menang,” kata Opa Pesurnay, biasa akrab disapa.

Padahal fisik memiliki keterbatasan. Kecepatan hanya 10 persen. Tingkat daya tahan tubuh dikesampingkan. Sehingga jangan salah bila daya tahan fisik atlet Indonesia cepat menurun alias tidak kuat.

Menurut Pesurnay, untuk menjadikan seorang atlet jadi juara ada 10 prinsip latihan diantaranya pertama ada harus hubungan yang optimal antara pembebanan dan pemulihan prinsip super kompensasi.

Kedua, pembebanan yang progresif. Ketiga, pembinaan jangka panjang. Keempat, pembinaan dengan periodisasi. Kelima, hubungan optimal fisik, tehnik kecabangan olahraga, taktik cabang olahraga dan peningkatan intelektual termasuk di dalamnya pembinaan psikologi terutama kemauan keras.

Keenam, hubungan antara pembinaan yang khusus dan bertambahnya latihan-latihan spesialis (cabor). Ketujuh, latihan yang bervariasi baik isi, metode termasuk pula norma-norma beban latihan. Kedelapan, individualitas. Kesembilan, pengukuran pengembangan/peningkatan prestasi, dan kesepuluh, yakni pengulangan.

“Penyebab atlet tidak maju atau tidak berprestasi. Bukan dari atlet, tetapi faktor utama ada di pelatih. Jadilah pelatih yang unggul. Oleh karena itu, seorang pelatih harus memiliki strategi. Tanpa punya strategi jangan coba-coba jadi pelatih,” tegasnya.

Tanpa menerapkan prinsip latihan ini, ujar Paulus, jangan pernah berharap mimpi dan tujuan akan terwujud.

Pembinaan harus mempunya periodisasi yakni perencanaan yang disusun secara sistematis dan berkesinambungan. Artinya, dilakukan secara terus menerus agar mencapai kondisi fisik. Tehnik tidak akan pernah meningkat. Sebab apabila atlet sudah capek saat bertanding. Maka teknik dengan sendirinya akan menurun, lantaran atlet sudah kecapekan.

Jadi yang harus dibangun kepada atlet adalah motivasi dan rasa percaya diri. Jangan atlet dibebani saat mau bertanding. Motivasi dari dalam sendiri harus selalu dibangkitkan oleh pelatih.

Rasa percaya diri juga dibentuk oleh pelatih. Psikologi paling besar buat seorang atlet adalah pelatih. Latihan harus dilakukan secara berulang-ulang.

“Tidak ada latihan hanya sekali dua kali, seorang atlet jadi juara. Jadi 10 prinsip ini menjadi patokan bagi seorang pelatih untuk mencapai prestasi terbaik,” kata Paulus L. Pesurnay.

Hadir pada kegiatan ini Kasdam XVII/ Cenderawasih, Brigjen TNI Irham Waroihan, yang juga sebagai ketua pusat pelatihan provinsi (Puslatprov) PON XX/2020, pengurus KONI Papua, dan pelatih cabang olahraga.

“Saya minta semua pelatih secara serius dapat mengikuti pelatihan. Karena TOT ini sangat penting untuk diikuti pelatih dalam menyiapkan atlet juara di PON XX Ttahun 2020,” kata Irham Waroihan. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply