Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Pedagang ikan dan sayur-mayur terpaksa berjualan di tepi jalan raya akibat di pasar sentral Hamadi dan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Hamadi sepi pembeli.
Padahal pemerintah Kota Jayapura telah membuka kembali aktifitas Pasar Hamadi, pada 21 Mei 2020 untuk menghidupkan kembali aktivitas perekonomian. Namun, tidak semua pedagang berjualan disana.
Seperti yang terlihat di Jalan Argapura, Distrik Jayapura Selatan, tepatnya di depan Kantor PT Pelni Jayapura. Para pedagang ikan dan penjual sayur yang didominasi mama-mama Papua, mereka telah berjualan sejak di tutupnya Pasar Hamadi pada 12 Mei 2020 lalu.
Erik Wanggai, seorang pedagang ikan ketika ditemui Jubi, Sabtu (30/5/2020) mengaku masih tetap bertahan di depan kantor Pelni Jayapura, karena kondisi TPI Hamadi, yang sehari-harinya dijadikan tempat mengais rezeki sepi pembeli.
Menurutnya, pembeli yang datang berbelanja tidak seperti biasanya atau berdesak-desakan meski sudah diberlakukan protokol kesehatan, yaitu jaga jarak, disediakan tempat cuci tangan, memakai masker, dan sarung tangan.
“Sempat jualan di pasar tapi sepi pembeli karena takut masuk pasar gara-gara virus korona sehingga jualan saya tidak laku makanya saya kembali lagi jualan di sini (depan kantor Pelni Jayapura) karena ada pembeli,” kata Wanggai.
Pemerintah Kota Jayapura menutup Pasar Hamadi karena beberapa warga terinfeksi virus korona. Untuk memutus rantai penyebarannya, pasar dan beberapa lokasi di Hamadi di tutup.
“Kalau pasar sudah aktif kembali (dari pagi sampai sore) saya balik ke pasar tapi selama belum stabil saya tetap jualan di sini. Kalau saya jualan di pinggir jalan bisa habis satu cool boks (isi 30 ekor ikan kuning ukuran sedang). Saya belum rapid test,” ujar Wanggai.
Senada Wanggai, seorang penjual sayur di Pasar Hamadi, Maria Tabuni, memilih tetap bertahan jualan di pinggir jalan karena masih ada pembeli bila dibandingkan jualan di pasar.
“Sepi mas, siapa yang mau beli. Tidak ada pembeli juga mungkin karena mereka takut korona. Sayur tinggal layu, tinggal dibuang pastinya saya rugi,” ujar Maria Tabuni.
Menurut mama Tabuni, dengan situasi pandemi virus korona pembeli tidak ingin repot-repot belanja ke pasar. Warga pasti menginginkan berbelanja di dekat rumah mereka.
“Saya jualan di sini (pinggir jalan) laku, walaupun tidak seberapa hasilnya saat jualan di pasar dalam kondisi ramai. Satu hari saya bisa laku Rp500 ribu tapi kalau jualan di dalam pasar saya tidak laku sama sekali,” ujar Tabuni. (*)
Editor: Jean Bisay