Papua No.1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Audrey, pelajar berusia 16 tahun di Kota Jayapura, Papua selalu meluangkan waktu dua jam dalam sehari untuk membaca buku fiksi. Kebiasaan membaca buku sudah ia mulai sejak masih duduk di bangku SMP.
“Sejak SMP awalnya iseng baca punya teman dan yah akhirnya tertarik,” ujarnya.
Audrey bersekolah di SMP YPPK Teruna Bakti Waena, Kota Jayapura, Papua. Saat ini ia duduk di kelas XII IPA 3. Enam bulan lagi ia menyelesaikan studinya di tingkat SMA.
Siswa yang hobi membaca buku tersebut mengaku dalam dua tahun terakhir setidaknya telah membaca 50 buku fiksi. Dari 50 buku fiksi yang telah dibaca di antaranya Aland, Azkia, Mariposa, The Perfect husband, True Stalker, Strong Girl, Samudra, Asya Story, Teluk Alaska, Inestable, Time, Nadin, dan Tuan Kucing.
BACA JUGA: Uncen kembali wisuda langsung, telah luluskan 80.980 mahasiswa
Dari sekian buku yang telah di baca Audery paling tertarik kepada novel Mariposa. Menurutnya dengan membaca buku fiksi ia ikut terbawa ke dalam suasana cerita tersebut.
“Ketika membaca kita seakan-akan merasa ikut andil dalam cerita tersebut,” katanya.
Audrey biasanya mendapatkan buku dengan meminjam dari kakanya atau teman-temannya. Ia juga biasa membaca cerita di aplikasi Wattpad dan komik di Webtoon.
Audrey tidak membeli buku sebab tak diizinkan oleh orang tuanya. Sebab menurut orang tuanya membeli buku fiksi hanya membuang-buang uang dan mengganggu waktu belajar.
Walaupun telah membaca buku fiksi begitu banyak, Audery belum mempunyai minat untuk mencoba menulis fiksi. Ia mengaku untuk saat ini lebih menikmati membaca.
“Saya sementara hanya berniat menjadi penikmat karya orang,” ujarnya.
Inseren Rumere, siswi SMA Negeri 3 Jayapura juga mengaku suka membaca buku fiksi. Rumere biasa membaca buku pada malam hari.
“Malam hari lebih tenang,” katanya.
Siswa Kelas XI IPA 3 itu mengaku dalam dua tahun sudah membaca sekitar 10 buku. Di antaranya Septian, Aku Benci dan Cinta, IPA dan IPS, Bidadari-Bidadari Surga, Galaxy, Pangeran Kelas, Mariposa, dan Kelandara.
“Dua lagi saya lupa judulnya,” ujarnya.
Rumere yang aktif di ekstrakurikuler Palang Merah Sekolah tertarik membaca buku fiksi seperti novel, karena ceritanya mengasyikkan dan pembaca ikut terbawa ke dalam alur cerita.
“Kita juga bisa ‘halu-halu’ begitu,” katanya.
Siswa yang juga hobi menonton drama Korea tersebut dapat menyelesaikan satu novel dalam empat hari. Ia mendapatkan novel dengan meminjam dari teman-temannya maupun dari perpustakaan sekolah.
Kakak kelas Rumere, yaitu Viona Tan, siswi kelas XII IPA 6 SMA Negeri 3 Jayapura mengaku tidak begitu banyak membaca buku fiksi. Tan yang suka menonton film drama Korea baru membaca sekitar tiga novel dalam dua tahun terakhir.
Perempuan 16 tahun berdarah Tionghoa-Sarmi tersebut pernah membaca The Prince’s Escape, Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer, dan Pangeran Kelas. Ia membeli bukunya di toko buku Gramedia Jayapura.
Ia menyukai karena dengan membaca buku fiksi membuat dirinya bisa berimajinasi dan bisa semakin kreatif. Ia biasa menyelesaikan satu buku dalam tiga hari.
“Baca di malam hari sekitar jam 9 malam. Yah, sekitar dua jam,” katanya.
Evelyn Sobuber, siswa kelas XI IPA 1 dari SMA YPK Diaspora Jayapura mengaku dalam dua tahun baru membaca empat buku fiksi. Dua di antaranya Mariposa dan Pangeran Kelas.
Siswi yang bercita-cita menjadi pilot tersebut menyukai buku fiksi karena pendalaman ceritanya sangat menarik dan pembaca bisa ikut merasakan.
Sobuber biasa membaca cerita hingga tiga jam pada malam hari. Ia lebih banyak membaca komik di aplikasi Webtoon. Selain ceritanya menarik membaca cerita bagi Sobuber adalah obat pengantar tidur.
“Kalau susah tidur saya biasa baca dulu,” katanya.
Teman sekelas Sobuber adalah Rachel A.P Panggabean. Ia juga menyukai buku fiksi eski Rachel mengaku dua tahun terakhir hanya membaca empat buku fiksi. Dua di antaranya Laskar Pelangi dan Ayat-Ayat Cinta.
Siswa yang aktif di ekstrakurikuler Seni Suara menyukai novel Laskar Pelangi karena alur ceritanya menarik. Ia biasa membaca novel pada siang hari di aplikasi Webtoon.
“Dua jam setiap hari. Terus enak baca siang,” ujarnya. (*)
Editor: Syofiardi