Ubi kumbili makanan pokok masyarakat Kanum-Yanggandur

Papua-ubi kumbili, makanan pokok masyarakat Kanum
Ubi kumbili milik masyarakat di Kampung Yanggandur, Distrik Sota, Kabupaten Merauke. Ubi kumbili merupakan makanan pokok masyarakat Kanum-Yanggadur – Jubi/IST

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Merauke, Jubi – Salah satu makanan pokok masyarakat Kanum di Kampung Yanggandur, Distrik Sota, Kabupaten Merauke, Papua adalah ubi kumbili, selain sagu dan umbi-umbian lain. Dari tahun ke tahun, masyarakat setempat terus menjaga dan membudidayakan ubi kumbili, karena merupakan warisan leluhur.

“Kami sudah ke Yanggandur dan melihat potensi masyarakat di sana. Salah satunya adalah ubi kumbili. Masyarakat sangat telaten menjaga sekaligus mengembangkannya,” ungkap Adriana Papo, pengurus Komunitas Menoken, saat ditemui Jubi, Jumat (12/11/2021).

Read More

Oleh karena kumbili menjadi makanan pokok masyarakat Yanggandur, maka setiap kepala keluarga di kampung tersebut memiliki bangunan gudang dari bahan bambu serta atap gabah.

Di setiap gudang, menurutnya, disimpan tumpukan kumbili laki-laki maupun perempuan. Lalu bagi masyarakat Suku Kanum (Yanggandur), kumbili dianggap sebagai manusia.

Untuk membedakan kumbili laki-laki dan perempun, dilihat dari panjang serta besar kecilnya. Kalau kumbili berukuran bulat dan besar, berarti itu kumbili laki-laki. Sedangkan ukuran keciil serta panjang, berarti kumbili perempuan.

Papua-Kabag Humas Setda Merauke dan Adriana Papo
Adriana Papo, salah seorang penggagas Komunitas Menoken, sedang berdiskusi dengan Kabag Humas Setda Merauke, Mike Walinaulik – Jubi/Frans L Kobun

Dalam setahun, menurut Papo, masyarakat setempat menanam sekaligus memanen sekali. Biasanya ditanam bulan November dan akan panen antara Agustus hingga September.

Khusus tentang gudang, jelas dia, meskipun sederhana dibangun setiap KK, namun di dalamnya menumpuk ubi kumbili. Itu sebagai cadangan bahan makanan pokok masyarakat setempat.

“Gudang yang dibangun pun tak tertutup rapat, tetapi ada celah agar udara keluar masuk dengan leluasa sekaligus menjaga tumpukan ubi tidak mengalami kerusakan. Ubi kumbili tak boleh dialas dengan karung atau bahan lain, tetapi diletakan begitu saja di tanah,” ungkapnya.

Ditanya apakah ada rencana Komunitas Menoken mendampingi masyarakat setempat mengolah ubu kumbili, Papo mengakuinya. Ubi kumbili akan diolah menjadi tepung maupun keripik.

“Kami sudah pernah melakukan ujicoba membuat keripik, setelah dipotong tipis. Hanya saja, setelah digoreng dan dicicipi, rasanya pahit. Kami sedang berkonsultasi dengan teman-teman di Yogyakarta agar bisa meneliti lebih lanjut,” katanya.

Ditambahkan, sejumlah aksi nyata yang dilakukan Komunitas Menoken, mendapat dukungan penuh dari aparatur kampung, tokoh adat serta masyarakat setempat.

Baca juga: Serai merah Yanggandur, dari pengusir ular diolah jadi minyak terapi

Mantan Kepala Distrik Sota, Mike Walinaulik, mengakui kalau masyarakat di Kampung Yanggandur dari tahun ke tahun terus membudidayakan ubi kumbili. Hanya saja proses pemasaran maupun pengolahan masih terkendala.

“Saya mendukung penuh jika Komunikas Menoken mendampingi masyarakat setempat mengola ubi kumbili menjadi tepung maupun kerupuk agar bisa dijual keluar,” kata Walinaulik yang kini menjabat sebagai Kabag Humas Setda Kabupaten Merauke. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply