Tugas berat Mutiara Hitam terhindar dari jurang degradasi

Pemain Papua Ricky Cawor
Striker PON XX Papua 2021, Ricky Cawor - Jubi/IST

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Tim Persipura Jayapura Papua harus pasrah meratapi nasibnya di Liga 1 musim 2021. Banyak pihak mengomentari baik di obrolan pinggir jalan maupun lewat media sosial, bahkan terakhir terjun ke jalan untuk berdemo menuntu perombakan manajemen maupun pelatih di tim berjuluk Mutiara Hitam tersebut. Namun nasi telah menjadi bubur, Ian Kabes dan kawan-kawan masih berada di peringkat paling dasar dengan hanya meraih lima poin.

Memasuki seri ketiga, Ricardo Salampessy, Ian Kabes, dan kawan-kawan akan menghadapi Borneo FC, klub yang diperkuat mantan el capitano Persipura, Boaz T Solossa, Terens Puhiri, dan kawan-kawan pada Kamis (18/11/2021).

Read More

Tim Mutiara Hitam sudah menambah amunisi baru yakni striker PON Papua 2021, Ricky Cawor, namun bukan berarti masalah telah selesai dalam persoalan mencetak gol. Ada perbedaan antara kompetisi dan pertandingan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON).

Jika melihat ke belakang, terbentuknya tim Persipura sejak zaman Rahmad Darmawan, jelas kerangka skuad Mutiara Hitam sudah ada dan tersusun rapi. Pelatih Rahmad datang dengan membawa tiga pemain belakang dan gelandang bertahan serta kiper, Mauli Lessi, Marwal Iskandar, dan kiper Jendri Pitoy. Pelatih Rahmad Darmawan yang baru didepak Madura United adalah pelatih dengan filosofi bertahan mirip Jose Mourinho yang mengutamakan bertahan baru kemudian menyerang. Bahkan bisa pula menerapkan strategi parkir bus agar tidak kebobolan banyak gol.

Strategi itu pula yang pernah diterapkan pelatih Rahmad Darmawan, walaupun sebenarnya pemain tetap berjuang untuk mencetak gol. Kombinasi antara pemain muda kala itu seperti Boaz, Korinus Fingkreuw, dan Ian Kabes serta Christian Worabai dipadu dengan pemain asing mulai dari belakang Victor Igbonefo, tengah Victor Sergio, Christian Lenglolo, Erick Mabengga. Semua pemain Persipura kala itu dipimpin oleh kaptem Eduard Ivakdalam dan wakil kapten Jack Komboi plus beberapa pemain senior seperti Ridwan Bauw dan kawan-kawan.

Artinya, kewibawaan Ivakdalam dalam tim sangat kuat dan berpengaruh dalam setiap pertandingan hingga akhirnya diganti Boaz pada 2011. Eduard Ivakdalam menyebutkan keputusan manajemen tim dan pelatih Persipura memberikan kepercayaan kepada Boaz.

“Sebagai kapten sudah tepat mengingat loyalitas dan kontribusinya selama ini untuk tim tak diragukan lagi. Saya melihat Boaz sudah pantas memegang ban kapten,” kata Edu sebagaimana dilansir tempo.co.id.

Masuknya Ernets Yeremiah dan Beto menemani Boaz di lini depan memperkuat ketajaman daya serang Persipura. Hal ini didukung pula dengan pertahanan kokoh mulai dari Igbonefo, Ricardo Salampessy, dan Bio Pauline serta Dutra. Lini tengah ada Gerald Pangkali, Ian Kabes, Imanuel Wanggai, dan Zah Rahan. Keluarnya gelandang asal Liberia masih ada gelandang serang asal Argentina Robertino Pugliara yang sempat membawa Persipura hingga ke babak semi final AFC 2014. Masuknya Ruben Sanadi menggantikan Ortizan Solossa tetap membuat skuad Mutiara Hitam tidak berubah secara drastis kerangka utama tim masih terjaga.

Dengan kerangka tim yang tersusun baik, Rahmad Darmawan mampu membawa Eduard Ivakdalam dan kawan-kawan menjuarai Liga Indonesia 2005-2006, bersama tiga pemain tambahan Rahmad Darmawan serta tiga pemain muda jebolan PON Papua 2004, Boaz, Korinus, dan Christian yang terpilih sebagai pemain terbaik kala itu.

Kerangka tim itu tidak dirombak besar-besaran. Beberapa pemain asing keluar mulai masuk pemain Brasil, David Da Rocha, Beto, dan pemain asing lainnya. Victor Igbonefo tetap bersama Persipura hingga akhirnya hengkang pada 2014.

Awal Agustus 2008, pelatih asal negeri jiran Malaysia, M Raja Isa, ditendang di tengah lapangan Mandala gara-gara Persipura hampir saja kalah melawan Persijap Jepara.

Akibat Raja Isa dipecat, September 2008 pelatih Jacksen F Tiago datang melatih Persipura. Sejak itulah performa Mutiara Hitam merangkak naik. Jacksen bilang dia datang sebagai orang baru di tim kebanggaan masyarakat Papua itu sehingga tidak membongkar semua kerangka tim dan tinggal melanjutkan apa yang telah diletakan M Rahmad Darmawan, Raja Isa, bahkan pelatih Ivan Kolev yang lebih mengutamakan latihan fisik pemain. Ini berarti selama Jacksen melatih tidak merombak total kerangka tim dan hanya mencoret pemain karena regenerasi pemain misalnya Eduard Ivakdalam dan Jack Komboi.

Papua-Jacksen F Tiago
Pelatih Persipura Jayapura Papua, Jacksen Tiago, ketika menggelar aksi sosial di jalanan, berapa waktu lalu – Jubi/Sudjarwo Husain

Jacksen F Tiago berhasil membawa tim meraih tiga kali juara ISL 2008/2009, ISL 2011/2012, dan ISL 2013, bahkan masuk ke babak semi final piala AFC 2014. Jacksen sempat dipecat dari Persipura dan melatih di Liga Malaysia namun kembali lagi ke Indonesia.

Persipura terus gonta-ganti pelatih hingga Jacksen F Tiago kembali lagi melatih Persipura dengan materi pemain seadanya mampu finish di urutan ketiga Liga 1 Indonesia.

Januari 2021, arsip.jubi.id mewawancari pelatih Jacksen F Tiago saat seleksi pemain muda. Dia mengaku musim 2021 semua pemain merupakan hasil seleksi dan pemilihan dari pelatih serta manajemen.

“Ini semua pemain hasil seleksi dari pelatih serta manajemen. Kita kerja keras untuk menyeleksi pemain,” katanya kala itu.

Dia menyatakan tim masih membutuhkan pemain senior Boaz, Tinus Pae, Ian Kabes, dan Ricardo Salapessy karena mereka menjadi panutan dan bisa menstransfer pengalaman kepada pemain muda.

Persipura kini banyak didominasi pemain muda seperti Ramai Rumakeik, Todd Ferre, Numberi, plus Ricky Kayame, Ferinando Pahabol, Nelson Alom, M Tahir, dan beberapa pemain senior lainnya. Beberapa pemain asing baik striker, gelandang, dan pemain belakang tidak berkontribusi baik. Daya serang tumpul dan lini pertahanan banyak kebobolan. Hasilnya Persipura terpuruk di dasar klasemen dengan hanya mengoleksi lima poin.

Masuknya Ricky Cawor, top scorer PON XX Papua 2021, ke tim Persipura agaknya tidak segampanng membalik telapak tangan. Kerangka tim yang terbentuk sejak awal sudah dibongkar habis di tengah kompetisi sedang berjalan. Apalagi Liga 1 hanya bertanding di Pulau Jawa dan bukan sisten home and away yang justru membuat mental dan psikologi pemain terganggu. Bayangkan, lama di Pulau Jawa dan tidak bermain di depan publik sendiri, jelas akan merugikan tim Mutiara Hitam yang terbiasa bermain home and away. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply