Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Kepala Kampung Gabaikunu, Distrik Mapia Tengah Timepa, Kabupaten Dogiyai, Papua, Vitalis Tebai mengatakan, masyarakat di kampung yang dipimpinnya tidak anti pembangunan. Malah sebaliknya, masyarakat menginginkan agar pembangunan, terutama di bidang kesehatan berjalan lebih optimal.
Hal ini dikatakan Tebai melalui pesan tertulis via WhatsApp yang diterima Jubi di Jayapura, Rabu malam (5/1/2022).
Pernyataan ini disampaikannya untuk mengklarifikasi video yang beredar di internet belum lama ini.
Dalam video berdurasi 2.50 menit yang dipublikasikan saluran YouTube Suara Papua TV, 16 Desember 2021 itu, tampak mobil putih bertuliskan “Puskesmas Keliling Distrik Mapia Tengah Timepa Kabupaten Dogiyai” dihalau kelompok masyarakat. Terjadi adu mulut antarwarga masyarakat hingga pelemparan terhadap mobil pusling (puskesmas keliling).
Informasi yang dihimpun Jubi menyebutkan, peristiwa itu terjadi pada 16 Desember 2021 di Timepa, Distrik Mapia Tengah, Kabupaten Dogiyai. Tebai yang berada di lokasi kejadian saat itu menyebutkan, masyarakat meluapkan kemarahannya, karena pihak medis di puskesmas Timepa jarang mengantar pasien darurat ke RSUD Moanemani.
Keributan dan pelemparan terhadap mobil pusling yang terekam kamera itu, merupakan aksi spontan, sebagai bentuk kekecewaan mereka, karena pelayanan kesehatan di daerah ini tidak berjalan baik.
“Jangan anggap masyarakat saya anti pembangunan. Saya ada bersama masyarakat saat peristiwa terjadi. Kami mau pembangunan,” kata Tebai.
Dia mengatakan, pelayanan kesehatan di Timepa tidak berjalan baik meski ada puskesmas rawat inap. Di sini juga terdapat dua staf honorer.
“Masyarakat saya banyak korban (yang) mati dan sakit karena sudah sejak dulu pelayanan mati. Kami yang sakit tidak dilayani di sini,” ujarnya.
Disebutkan, gedung baru Puskesmas Timepa dibangun sejak 2018. Bangunan itu dibangun untuk menggantikan gedung lama yang dibangun sejak 1980-an. Di sini terdapat beberapa tenaga medis yang bekerja, baik honorer, maupun PNS.
Puskesmas Timepa melayani warga di sembilan kampung di sekitarnya, seperti, Kampung Timepa, Gabaikunu, Toubai, Adauwo, Megaikebo, Degeadai, Maikotu, Okogou, dan Kampung Dihai. Tahun 2020 pemerintah mengadakan mobil puskesmas. Namun hanya dua tenaga honorer yang melayani masyarakat.
Baca juga: LBH Papua desak polisi proses hukum Bupati Dogiyai pelaku kekerasan perempuan
Kepala Puskesmas Rawat Inap Timepa, Yoki Butu, seperti dilaporkan tadahnews.com, 20 Desember 2021, membantah informasi yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan tidak berjalan baik di Puskesmas Timepa. Staf di puskesmas ini bahkan melayani masyarakat selama 24 jam. Dia mengakui fasilitas kesehatan memang tidak lengkap. Namun hal itu tidak menyebabkan pelayanan kesehatan mandek.
Dirinya juga membenarkan pelemparan mobil puskesmas keliling oleh kelompok masyarakat. Menurut dia, kejadian itu terjadi karena ada dua pasien yang meninggal. Hal ini memicu kesalahpahaman antarmasyarakat dengan petugas kesehatan.
Kematian dua pasien dianggap sebagai akibat dari kelalaian petugas Puskesmas Timepa. Masyarakat lantas melampiaskan kekecewaannya dengan melempari mobil tersebut, hingga kacanya pecah.
Di tempat yang sama juga terdapat dua mobil lain. Satu berwarna perak dan satu lainnya berwarna hitam. Namun dua mobil ini tetap diparkir dengan baik dan tidak disentuh.
“Warga minta supaya pakai mobil ambulans, kami juga koordinasi dan siap melayani, tapi terjadi salah pengertian. Hal ini yang memicu terjadinya pengrusakan mobil ambulans, bukan buruknya pelayanan kesehatan,” kata Butu.
Seorang pemuda di Timepa, Distrik Mapia Tengah, Yohanes Kuayo, mengatakan status Puskesmas Rawat Inap tapi pasien tidak pernah rawat inap. Bahkan tidak ada fasilitas kesehatan. Menurut dia, wajar bila masyarakat kecewa dan memerotes pelayanan kesehatan yang tidak optimal.
Dilansir dari laman yang sama, anggota DPRD Kabupaten Dogiyai, Yonas Butu, mengatakan pelayanan di Puskesmas Timepa memang tidak maksimal. Pelayanan seperti itu tidak hanya di kampung-kampung. Di ibu kota kabupaten, bahkan mengalami hal yang sama, yakni, memiliki puskesmas standar rawat inap, tetapi tidak ada air di toiletnya.
“Sekarang ada RSUD Pratama tapi bangunan belum selesai, pagar baru dibangun belum selesai, fasilitasnya di dalam belum. Jadi, kalau ada pasien ke RSUD biasanya dirujuk ke Paniai, Deiyai, atau Nabire,” kata Butu.
Butu berkata, selain pembangunan gedung RSUD Pratama, beberapa gedung di beberapa puskesmas yang belum selesai dan pengadaan ambulans. Selain Puskesmas Timepa, pelayanan yang tidak berjalan juga terjadi di hampir semua puskesmas di Distrik Mapia Tengah, Distrik Mapia Barat, Distrik Piyaiye dan Distrik Sukikai Selatan.
Kejadian serupa bahkan pernah terjadi di Kampung Modio, Distrik Mapia Tengah, Dogiyai, 11 Juni 2018. Ketika itu masyarakat menumpahkan kemarahannya dengan membakar puskesmas, karena kecewa terhadap pelayanan kesehatan yang dianggap mengabaikan masyarakat.
Saat itu seorang ibu hendak melahirkan. Kondisinya kritis sehingga membutuhkan penanganan petugas kesehatan. Namun, sesampainya di puskesmas, tidak ditemukan petugas kesehatan. Ibu melahirkan dan anaknya pun meninggal. (*)
Editor: Dewi Wulandari