Saat Mutiara Hitam kalah WO di final Copa Indonesia 2009

Trisula Persipura papua
Trisula Persipura saat Copa Indonesia 2009, striker tersubur ISL 2008-2009, Boaz (28 gol), Beto (23 gol), dan Ernest Jeremiah (16 gol) didampingi pelatih Jacksen F Tiago -Jubi/Jacksen facebook.com
Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi -Tim berjuluk Mutiara Hitam berturut-turut masuk babak final Piala Copa Indonesia mulai dari final melawan Arema FC pada 2007, selanjutnya pada 2008 kalah pinalti saat melawan Sriwijaya FC, dan ketiga 2009 kalah Walk Out dari Sriwijaya FC karena keluar dari lapangan menit ke-60 sehingga Sriwijaya meraih gelar kedua Copa Indonesia 2009. Tim Mutiara Hitam berhasrat memenangkan pertandingan Copa Indonesia karena ingin mengawinkan juara Copa Indonesia 2009 dan juara ISL 2008-2008.

Mutiara Hitam sangat berambisi meraih Piala Copa Indonesia sebab sudah tiga kali berturut-turut bertekuk lutut. Bayangkan, pertama kali melawan Arema Malang, Eduard Ivakdalam dan kawan-kawan harus menelan pil pahit kekalahan 0-2. Selanjutnya 3-0 dari Sriwijaya FC lewat tendangan adu pinalti dan berikutnya juga kalah WO dari tim berjuluk Wong Kito. Pertandingan antara Sriwijaya FC dan Persipura tuan rumah unggul menit ke 52 dengan skor 1-0.

Read More

Persipura memrotes wasit Purwanto dalam kepemimpinan antara Mutiara Hitam melawan tuan rumah tim berjuluk Laskar Wong Kito, pada 28 Juni 2009, di Stadion Jakabaring Palembang. Akibatnya, para pemain keluar dari lapangan pada menit ke-66 saat pertandingan belum usai.

Sekadar mengingat, pada menit ke-60, Ian Kabes berhasil mendapat bola di kotak penalti. Tiba-tiba Ferry penjaga gawang Sriwijaya FC datang dan berusaha menghalau bola, tapi gerakannya justru menjatuhkan Jeremiah. Bola muntah disambar oleh Boaz, tapi tendangannya mengenai tangan Tsimi Jaques dan keluar lapangan. Wasit Purwanto tak meniup peluit tanda pelanggaran dan justru mengartumerah Ernest Jeremiah karena memprotes keputusannya. Ini membuat kubu Persipura marah dan keluar lapangan.

Robby Maruanaya, mantan bek kanan timnas Indonesia era 1980-an menilai pertandingan antara Persipura melawan Sriwijaya kala itu lucu karena desakan sponsor dan bukan keputusan PSSI melalui Badan Liga.

Maruanaya juga memrotes kepemimpinan wasit Purwanto saat menjadi pengadil di lapangan, pemilihan lokasi pertandingan di Palembang membuat wasit tidak lagi obyektif. Kedua, menilai dua keputusan wasit kala itu pertama hands ball pada pemain Sriwijaya FC tetapi Ernest Jeremiah memperoleh kartu merah karena memrotes wasit soal hands ball. Kedua, saat tendangan sudut yang diperoleh Persipura, bola masih melambung dan akan disundul Bio Pauline ke gawang Sriwijaya.

“Namun wasit buru-buru menghentikan pertandingan mengakhiri pertandingan babak kedua,” katanya kala itu.

Apalagi pemilihan lokasi pertandingan saat itu dinilai sarat kepentingan terutama atas desakan sponsor. Mestinya PSSI melalui Badan Liga Indonesia sebagai otoritas tertinggi harus mencari stadion pertandingan netral.

Bagi mantan Ketua Umum Persipura, MR Kambu, pihaknya memilih keluar dari pertandingan final karena demi kemajuan sepak bola di Indonesia.

“Tujuan kami baik demi kemajukan sepak bola di Indonesia,“ tegas MR Kambu yang akhirnya mendapat skorsing dari PSSI.

Walau demikian kekalahan WO dan protes keluar dari lapangan juga sangat disayangkan. Bagi pelatih Jacksen F Tiago, kala itu menyebutkan sangat tabu kalau keluar dari lapangan pertandingan sebelum pertandingan berakhir.

Sebenarnya Badan Liga sudah menjadwalkan final Copa Indonesia 2009 berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta. Namun Polda Metro Jaya memutuskan melarang pengumpulan massa sehingga berimbas pula pada pertandingan final Copa Indonesia.

Hal ini menyebabkan mantan Sekretaris Umum PSSI Papua kala itu, almarhum Usman Fakaubun, pernah mengusulkan kepada Ketua Umum PSSI, Nudin Khalid, agar pertandingan final Copa Indonesia jangan berlangsung di Palembang tetapi harus di tempat netral.

Walau demikian akhirnya tetap digelar di Stadion Jakabaring, Palembang hingga berakhir Persipura meninggalkan lapangan dan kalah WO. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply