Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Tim berjuluk Mutiara Hitam, Persipura Jayapura, sejak 1965 hingga 1970-an selalu memakai jersey simbol warna burung Cenderawasih alias the Birds of Paradise. Kostum berwarna kuning, celana harus coklat, dan kaos kaki berwarna kuning. Itulah jersey kebesaran Persipura saat pertama kali mengikuti kompetisi PSSI wilayah Papua, Maluku, dan Sulawesi.
Kostum burung Cenderawasih itu mulai dilepas, tatkala Gubernur Irian Jaya, Acub Zainal, menjadi manajer Irian Jaya Selection dan Persipura. Memang sulit membedakan antara pemain Irian Jaya Selection dan Persipura, karena materi pemainnya sama saja. Ada Timo Kapisa, Hengky Heipon, Johanes Auri, dan pemain lainnya.
“Kita mulai memakai kostum merah strip hitam saat bermain melawan klub Hitachi asal Jepang di Stadion Utama Senayan Jakarta,“ kata Hengky Heipon, kapten Persipura 1967-1977, pada diskusi Jasmerah Persipura saat launching majalah Jubi beberapa waktu lalu di Jayapura.
Bagi manajer Persipura kala itu mendiang Acub Zainal, jersey kebanggaan klub amatir Persipura, merah strip hitam mirip klub AC Milan Italia, sebenarnya warna itu memiliki arti mendalam. Merah berarti berani dan hancurkan semua lawan.
“Pak Acub Zainal juga setuju dengan jersey itu dan katakan merah berani dan hitam hancurkan semua lawan,” kenang mantan striker Persipura era 1970-an, Gento Rudolf Rumbino, rekan seangkatan Heipon dan Kapisa.
Pendapat Rumbino juga dibenarkan mantan gelandang Persipura, Alberth Pehelerang. Jersey itu mirip AC Milan karena saat itu klub asal Kota Milan itu lagi berjaya dan juara Eropa.
”Waktu itu AC Milan lagi naik daun dan Acub Zainal juga setuju pakai jersey merah strip hitam,” kenang abang kandung Erens Pehelerang, mantan pelatih klub Dafonsoro, Sentani.
Memang benar, klub AC Milan sendiri pernah meraih Cup Winners pada 1968 dan 1973 sehingga menjadi kebanggaan tersendiri bagi para pemain Persipura kala itu. Apalagi manajer tim dan Gubernur Irian Jaya, Acub Zainal, pun ikut setuju.
Lalu sejak kapan, jersey merah strip hitam mulai dikenakan? Hengky Heipon dan Gento Rumbino serta Alberth Pehelerang mengatakan jersey keberasan tim berjuluk Mutiara Hitam mulai dipakai saat melawan klub Hitachi asal Jepang.
Majalah Tempo edisi 23 Maret 1973 pernah melaporkan artikel berjudul Irian Jaya melawan Hitachi, Jepang.
Saat menghadapi klub Hitachi di Stadion Bung Karno, Senayan Jakarta, tahun 1973, tim Irian Jaya Selection kalah tipis dengan skor 2-1. Trio ujung tombak klub Irian Jaya kala itu, Timo Kapisa, Niko Patipeme, dan Gento Rudolf Rumbino. Tertinggal satu gol, akhirnya Timo Kapisa memperdek kekalahan dengan suatu tembakan melambung jarak jauh.
Tim Irian Jaya Selcetion atau Persipura plus selalu merekrut pemain-pemain terbaik dari seluruh Tanah Papua. Tak heran, Benny Yensenem mantan gelandang Persipura menyebut kalau Persipura kala itu etalase etnis dari seluruh Tanah Papua.
“Karena hampir semua pemain terbaik asal Papua ada dalam klub kebanggaan orang Papua itu,” kenang Yensenem.
Johanes Auri mantan bek kiri Persipura, Perseman Manokwari, dan timnas Indonesia membenarkan pendapat Yensenem.
”Saya sebelum bermain di Persipura bersama Marthen Jopari memperkuat Perseman Manokwari. Setelah Acub Zainal Cup, kami memperkuat Persipura sampai terpilih di Timnas Indonesia,” kata Yohanes Auri, mantan pemain Indonesia Muda Galatama. (*)
Editor: Dewi Wulandari