Papua No. 1 News Portal | Jubi
Suva, Jubi – Kerapnya penemuan mayat dan tingginya jumlah orang yang hilang di Fiji itu mengkhawatirkan, menurut seorang pegiat HAM di sana.
Kepolisian Fiji melaporkan sudah belasan orang hilang dalam satu bulan terakhir dan beberapa mayat telah ditemukan.
Shamima Ali, dari Fiji Women’s Crisis Centre, mengatakan dia juga prihatin bahwa sebagian besar korban dalam kasus-kasus ini adalah perempuan muda dan anak-anak.
Ali menerangkan bahwa seringkali, dalam lingkungan dimana HAM dan demokrasi dibatasi dan aturan hukum menyusut, terjadi peningkatan kekerasan dalam masyarakat, pembunuhan, dan perilaku antisosial.
Ia lalu menambahkan dalam masyarakat yang patriarki, kepemimpinan yang otoriter cenderung menekan perdebatan dan konsultasi, kekerasan dan intimidasi adalah satu-satunya jawaban untuk menyelesaikan argumen dan perselisihan.
“Masyarakat kami miskin dan banyak orang berjuang demi kelangsungan hidup mereka sendiri dan keluarga mereka,” tuturnya. “Hal ini juga menyebabkan masalah kesehatan mental, dan banyak pihak yang susah payah karena sistem yang lemah untuk menjawab kebutuhan mereka akan kesehatan jiwa.”
Akibatnya, jelas Ali, banyak orang yang beralih ke alkohol dan/atau menyakiti diri mereka sendiri, dan struktur sosial masyarakat tampaknya hancur, dan lalu diperburuk oleh krisis Covid-19 dan kemiskinan.
Mayoritas korban berasal dari kelompok yang paling rentan, tambahnya.
“Orang miskin dan terpinggirkan.”
“Kami seringkali tidak diberitahukan hasil dari laporan-laporan ini – apakah orang yang hilang telah ditemukan, keadaan mayat yang ditemukan, apakah pembunuhan yang disengaja atau bunuh diri. Ada beberapa kasus juga yang melibatkan tuduhan terhadap polisi dan petugas lembaga pemasyarakatan.”
“Polisi perlu mengumumkan perkembangan terbaru dan media juga perlu menindaklanjuti. Masyarakat sipil juga perlu menyampaikan keprihatinan dan tidak hanya menjadikan ini sebagai topik gunjingan,”.
“Kerabat dan teman-teman juga perlu tahu tanda-tanda apa yang harus diwaspadai – remaja bermasalah, anggota keluarga bertingkah aneh dan tampak bermasalah.”
Ali menekankan bahwa penyalahgunaan alkohol adalah masalah yang signifikan di negara itu, dan diharapkan akan memburuk selama musim perayaan Natal dan tahun baru (Nataru) ini.
Baca juga: Raja Tupou VI lantik Perdana Menteri Tonga yang baru
Sementara itu pihak kepolisian Fiji telah membantah adanya kecurangan terhadap mereka berdasarkan hasil autopsi. Polisi juga membenarkan bahwa beberapa orang yang ditemukan tewas terkait dengan alkohol.
Dan saat Fiji memasuki musim perayaan Nataru ini, polisi mendesak masyarakat agar lebih bertanggung jawab. Menurut mereka, berdasarkan apa yang terjadi pada tahun-tahun lalu, kasus kekerasan dan pelanggaran serius lainnya meningkat selama periode ini. (*)
Sumber: RNZ Pacific
Editor: Kristianto Galuwo