Papua No. 1 News Portal | Jubi
Wamena, Jubi – Berbagai organisasi kepemudaan yang tergabung dalam solidaritas kemanusiaan untuk Wamena mencoba meringankan para warga masyarakat yang terkena dampak dari bentrokan di Distrik Wouma, Kabupaten Jayawijaya, Papua beberapa waktu lalu, dengan memberikan bantuan berupa bahan makanan dan kebutuhan lainya.
Organisasi kepemudaan dan komunitas seperti FMJ-PTP, The Macz Man Korwil Wamena, HMI, BEM UNAIM Wamena, Awako, PSHT, Buselek Brothers HI Labewa BVR, dan KKL Raya melihat hingga kini warga di Wouma masih memilih tinggal di tenda-tenda darurat setelah rumah mereka habis terbakar.
Koordinator HMJ-PTP, Benny Wetipo, menyebut hampir sebulan warga yang terdampak ini masih mengungsi di tenda-tenda darurat, sehingga organisasi maupun komunitas ini mengambil inisiatif melakukan penggalangan berupa bahan makanan, pakaian layak pakai, dan juga kebutuhan lainya.
“Kebutuhan yang terkumpul kita coba alokasikan sebagian ke Wouma dan
sebagian juga disalurkan ke mereka yang terdampak bencana banjir di
Kota Jayapura, membantu saudara-saudara terdampak dari musibah ini,”
katanya saat penyerahan banatuan di Kampung Wouma, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Sabtu (29/1/2022).
Ketua The Macz Man Korwil Wamena, Ilham Andi Tjori, mengatakan hal semacam ini sering dilakukan tanpa melihat maupun membeda-bedakan.
“Ini bukan kali pertama kami dengan teman-teman OKP Cipayung maupun komunitas yang ada di Wamena untuk turun dalam kegiatan aksi kemanusiaan seperti ini,” katanya.
Presiden BEM UNAIM Wamena, Wahyu Adi Pratama, berucap selain memberikan bantuan, pihaknya juga melakukan trauma healing kepada anak-anak di Wouma.
“Kami lihat butuh penyegaran kembali agar anak-anak khususnya tidak trauma dengan kejadian perang waktu itu, karena banyak barang-barang kebutuhan sekolah anak-anak ikut terbakar di dalam rumah mereka,” kata Wahyu.
Baca juga: Kerusakan rumah warga di Distrik Wouma akan ditanggung tiga pemda
Sementara itu Warga Wouma, Set Matuan, mengaku hingga kini belum ada tindak lanjut bantuan dari pemerintah daerah bagi mereka yang rumahnya dibakar massa saat itu, meski telah dilakukan pendataan.
“Masalah ini kami tidak tahu datang dari mana, sampai kita jadi korban dan kehilangan rumah beserta isinya. Sekarang kami lebih memilih tinggal di dalam tenda yang dibuat sendiri, karena belum ada bantuan,” kata Set Matuan. (*)
Editor: Dewi Wulandari