Papua No. 1 News Portal | Jubi
Suva, Jubi – Minister sebuah grup di Fiji telah mengundurkan diri karena dirinya menolak vaksin Covid-19.
Ada tekanan yang meningkat pada pendeta untuk mendapatkan vaksinasi sejak adanya kebijakan ‘No jab, No job’ yang diumumkan pemerintah Fiji untuk pegawai negeri pada bulan Juni lalu.
Gereja Methodist mengatakan minggu ini 11 pendeta telah mengajukan pengunduran diri mereka.
Sekretaris gereja, Pendeta Wilfred Regunamada mengatakan, para menteri tidak dipaksa melainkan mengundurkan diri atas keinginan mereka sendiri.
“Pada waktu itu, gereja terus melepon dan menanyakan apakah mereka mengubah keputusan mereka,” katanya.
“Para jemaat mengucapkan selamat tinggal kepada para pendeta yang memutuskan untuk mengundurkan diri dengan baik.”
Regunamada mengatakan gereja menghormati keputusan mereka dan posisi yang kosong akan diisi oleh pengkhotbah awam dan mahasiswa teologi lainnya di dalam gereja.
Gereja Methodist adalah denominasi Kristen terbesar di Fiji, dengan 36.2 persen dari total populasi (300,000) termasuk 66.6 persen penduduk asli Fiji.
Pada bulan Oktober tahun lalu, 10 pendeta dari Gereja Persekutuan Misi Kristen berhenti karena mereka menolak vaksinasi.
Pada saat itu, Pendeta Regunamada, Sekretaris Gereja Methodist untuk komunikasi dan misi luar negeri, mengatakan mereka tidak memberhentikan dan memaksa para pendeta untuk mengundurkan diri.
“Saat ini kami sedang melakukan sosialisasi kepada para pendeta kami dan mereka diberi waktu hingga November untuk mendapatkan vaksinasi.
“Pendirian gereja, terutama untuk menjamin keselamatan anggotanya yang berarti para pendeta, yang merupakan pelayan umat, perlu divaksinasi terlebih dahulu”.
“Saat ini, mereka yang belum divaksinasi telah diminta untuk tidak mengikuti kebaktian gereja tetapi disarankan untuk tinggal dirumah mereka sendiri dan tetap digaji,” kata Regunamada.
8 persen dari populasi sulit untuk menerima vaksinasi
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Fiji kesulitan memberikan vaksin kepada 8 persen populasi orang dewasa yang tersisa untuk melawan Covid-19.
Sekretaris Kesehatan Dr. James Fong, mengatakan mereka terus menerima permintaan pengecualian vaksin dari orang-orang dengan isu medis, terutama Penyakit Tidak Menular (PTM).
Dia mengatakan kondisi medis orang-orang ini memerlukan vaksinasi, dan pemberian pengecualian bukanlah pilihan bagi orang yang memenuhi syarat.
“Kami menemukan kesulitan dalam meningkatkan cakupan vaksinasi kami untuk 8 persen terakhir dari populasi orang dewasa, meskipun hasil yang ditimbulkan bisa saja meningkatkan resiko yang parah pada kelompok ini,” kata Dr. Fong.
Dia mengatakan dukungan masyarakat diperlukan untuk mempertahankan dampak dari upaya mereka.
“Kami akan terus melakukan bagian kami untuk mempromosikan dan menyebarkan vaksin, kami membutuhkan dukungan masyarakat untuk mempertahankan dampak, terutama bagi yang rentan.”
“Ini adalah keprihatinan besar bahwa kami terus menerima permintaan pengecualian vaksin dari orang-orang dengan isu medis, terutama penyakit tidak menular.”
Baca juga: Fiji mengalihkan fokus dari Covid-19 kepada NCD
Pada 14 Februari 2022, sebanyak 574,700 populasi orang dewasa Fiji telah menerima vaksinasi penuh, kata Kementrian Kesehatan.
Program dosis booster (suntikan ketiga) dimulai pada akhir November 2021. Pada 14 Februari 2022 sebanyak 91,414 orang telah menerima dosis booster vaksin Moderna dan 60 orang mendapatkan Pfizer.
Dr Fong mengatakan untuk bulan Februari, sebanyak 175,558 orang telah memenuhi syarat untuk mendapatkan booster.
“Kami menargetkan untuk mencakup semua individu yang memenuhi syarat ini di hari-hari mendatang. Silahkan mengakses vaksin booster jika anda berusia 18 tahun atau lebih dan sudah melewati 5 bulan sejak dosis kedua.”
Fiji memiliki 141 kasus aktif Covid-19 dalam isolasi sementara jumlah kematian mencapai 820. (*)
Editor: Kristianto Galuwo