Papua No. 1 News Portal | Jubi
Merauke, Jubi – Pemuda Marind angkat bicara sehubungan telah berakhirnya pemilihan kepala daerah (pilkada) Merauke, Provinsi Papua, dengan kemenangan telak pasangan Romanus Mbaraka-H. Riduwan, yang mendapatkan perolehan suara mencapai 64.000 lebih, dan unggul dari dua paslon lain yakni Hendrikus Mahuze-Eddy Santoso dan Heribertus Silubun-Bambang Sudji.
“Romanus-Riduwan memperoleh suara sangat signifikan. Dengan demikian, mereka memenangkan pertarungan Pilkada Merauke. Namun sayangnya, setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil pleno, masih ada pihak atau oknum tertentu mencari-cari masalah,” ungkap Ketua Pemuda Marind, Fransiskus Ciwe, saat memberikan keterangan pers kepada wartawan, Senin (21/12/2020).
Menurutnya, ada yang berusaha mengungkit hal yang sama sekali tak ada kaitan dengan hasil pilkada Merauke.
“Jika masih ada oknum atau tim sukses pasangan tertentu merasa tidak puas, negara telah memberikan ruang dengan bisa menggugat ke Mahkamah Konstitusi (MK),” kata Ciwe.
Ciwe mengingatkan oknum yang sedang berusaha mengganggu untuk menganulir kemenangan Romanus-Riduwan, berhenti berkoar-koar.
”Kami juga minta Kapolres Merauke, AKBP Untung Sengaji, tak merespons kalau ada laporan atau pengaduan,” pintanya.
“Ingat, pilkada telah berakhir dan pemenangnya sudah diketahui rakyat Merauke. Lebih baik berdiam diri dan tak menusuk umat Kristiani yang sedang mempersiapkan diri menyambut hari raya Natal,” pintanya.
Isaias Ndiken, tokoh pemuda Marind lainnya, mengingatkan tim sukses yang mencari alasan mengganggu proses demokrasi atau mengatasnamakan rakyat terutama orang Marind, agar menghentikan manuver itu.
“Sekali lagi saya tegaskan kami tak setuju kalau ada yang mengatasnakaman Marind. Karena orang Marind sudah ada sejak dulu dan masih ada serta tetap ada hingga sekarang,” tegasnya.
Ingat bahwa pesta demokrasi telah berakhir dan masyarakat Malind di wilayah selatan Papua dengan sadar dan penuh pengertian serta bertanggung jawab memilih kaumnya sendiri tanpa paksaan. Kesadaran demokrasi mereka sudah mulai tumbuh.
“Kalau ada mengganggu pesta demokrasi, berarti ada upaya mengganggu ketentraman rakyat serta ingin mencoba melawan keputusan rakyat,” ujarnya.
Baca juga: Kandidat disilahkan gugat hasil Pilkada Merauke
Pemuda Marind lainnya, Petrus Gebze, mengungkapkan anak-anak Marind di selatan Papua sedang berusaha menegakan jati diri sebagai kaum bangsa yang menjadi bagian dari bangsa Indonesia dalam berbagai proses pembangunan, termasuk juga kaderisasi.
“Kami berharap semua pihak termasuk praktisi hukum maupun pendidikan, bergandengan tangan bersama orang Marind membangun negeri ini. Sehingga semua berjalan baik. Jangan membuat kekacauan di tanah Marind,” pintanya.
Ditambahkan, siapapun yang merasa orangtuanya berjasa, mari gandeng tangan bersama. Hitam keriting adalah identitas jati diri orang Marind. Rakyat telah menentukan pilihan 9 Desember dengan memilih Romanus-Riduwan dari hati tulus tanpa pemaksaan.
“Kini rakyat sedang menunggu kedua pemimpin ini mejalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan di 179 kampung, 11 kelurahan, dan 20 distrik,” katanya. (*)
Editor: Dewi Wulandari