Anak hilang, Injil di lembah Tsinga, dan penemuan Gunung Tembaga

Papua
Moses Kilangin Tenbak. Repro buku Moses Kilangin, Uru Me Ki
Papua No.1 News Portal | Jubi

Jadi guru pertama di kalangan suku Amungme. Pengabar Injil dan penentang poligami. Berharap kehadiran PT Freeport dapat mengangkat harkat dan martabat suku bangsanya, orang asli Papua.

Circa 1938-1939. Rombongan orang Amungme dari Lembah Tsinga turun gunung. Tujuan; berdagang. Mereka hendak menukar hasil tembakau dengan kapak, parang dan pisau besi di kampung Waonaripi-Bugawe di Koperoka, Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.

Read More

Di antara rombongan itu, terselip seorang bocah. Umurnya antara 8-9 tahun. Begitu tiba, perhatian bocah itu tersita pada anak-anak lain yang sedang bersekolah. Dia tertarik melihat sebayanya itu belajar membaca, menulis, dan bernyanyi. Ketika hendak pulang dia tertinggal rombongan. Dia kehilangan jejak. tersasar di hulu sungai Koperapoka. Warga yang menemukannya, lalu membawa bocah itu ke seorang guru bernama Cornelis Lefteuw. Ia tidak hanya dirawat. Tapi juga disekolahkan. Dia diberi nama baru: Moses Kelangin Tenbak.

Nama pemberian guru Cornelis Lefteuw itu, merujuk pada cerita musa anak Yahudi yang ditemukan Firaun di tepi sungai Nil.

Cerita di atas dinukil dari buku “Amungme, Manusia Utama dari Nemangkawi Pegunungan Cartenz” yang ditulis Arnold Mampioper (2000). Arnold adalah kawan Moses Kilangin. Keduanya pernah sama-sama terlibat sebagai pendamping dalam ekspedisi Oost-Borneo Maatschappij (OBM) dan Freeport Sulphur Company New York (FSCNY) ke Erstberg-Cartensz atau kawasan pegunungan Nemangkawi, 1960 silam.

“Moses berarti yang didapat atau ditarik dari sungai; Kilangin adalah nama tempat dimana ia lahir; dan Tenbak adalah nama keretnya,” tulis Arnold Mampioper dalam bukunya.

Moses adalah pemuda Amungme pertama yang berhasil jadi guru. Dia lulusan sekolah pendidikan guru Opleidingschool Voor Volks Onderwijs (OVVO). Ini adalah sekolah bersubsidi milik misi Katolik di Fakfak.  Pada 25 Juli 1953 dia menjadi guru di Kugapa, Paniai. Pada 1955, Moses dipindahkan ke Lembah Tsinga. Di sana dia mendirikan sekolah dasar dan gereja Katolik. Penduduk yang tadinya hidup terpencar, lantas dihimpunnya. Mereka diajak bermukim mengelilingi lembah kecil Amkayagama di kaki gunung Jinawagom. Injil mulai dia kabarkan. Bersama koleganya, Pater Coenen, dia gencar mengajak penduduk setempat menghentikan praktik poligami yang lazim dilakukan.

Yoseph Yapi Taum, sastrawan dan pengajar Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta menulis, Moses Kilangin bernama  lengkap Moses Abraham Kalmalan Kilangin Tenbak. Ia lahir di Unganarki di daerah Diloa Lembah Besar tahun 1925.

Salah satu “karya” Moses adalah merintis Distrik Akimuga pada 1958. Bersama temannya, Bestur Kokonao Arnold Mampioper, mereka memindahkan penduduk dari dataran tinggi ke dataran rendah, di daerah Lembah Tsinga dekat gunung bersalju.

Pada 1960, Moses Kilangin diajak oleh Forbes Wilson, manajer eksplorasi Freeport Sulphur untuk menemukan “Gunung Tembaga”. Moses jadi penunjuk jalan ke puncak gunung Nemangkawi.

Forbes ingin membuktikan “mitos” yang diceritakan Jean Jaques Dozy dan Gruisen pada 1936 bahwa di Gunung Ersberg (Nemangkawi), tembaga berserakan di tanah. Begitu tulis Taum dalam artikelnya “Moses Kilangin: Musa dari Nemangkawi” di laman jelajahrasablog.wordpress.com, 10 Desember 2016.

Jean Jacques Dozy adalah geolog Belanda, pada 1936 dia mendaki gletser Cartensz yang ditemukan Jan Cartenszoon pada 1623 saat menjelajah Papua.

Dozy ingin membuktikan temuan Cartensz mengenai puncak gunung yang tertutup salju di Papua. Pasalnya, laporan Cartensz sempat jadi olok-olok. Orang tak percaya, ada gletser di kawasan khatulistiwa.

Ketika menjelajahi Cartensz, Dozy terpukau melihat pegunungan tanpa pepohonan atau tundra yang kemudian dia namakan Grasberg yang artinya Gunung Rumput.

Tak jauh dari Gunung Rumput, Dozy juga membuat sketsa batuan hitam kokoh berbentuh aneh, menonjol di kaki pegunungan setinggi 3.500 meter. Batuan hitam itu dia namakan Erstberg yang artinya Gunung Bijih. Begitu tulis jurnalis Yuliawati dalam artikel “Riwayat Freeport Memburu Harta Karun di Papua” di laman berita CNN Indonesia, Selasa, 24/05/2016.

Cerita Dozy ternyata memang bukan mitos. Gunung Tembaga itu benar adanya. Forbes Wilson yang kelak menjadi Presiden direktur Freeport Sulphur Company New York mengisahkan kembali perjalanan ekspedisi ‘menemukan’ Gunung Tembaga (Ersberg Mountain) itu, dalam buku The Conquest of Cooper Mountain. Dia menyebut Moses Kilangin sebagai orang yang amat berjasa dan berperan penting dalam penemuan gunung Grasberg di tahun 1960.

Menurut Taum, Moses Kilangin memiliki harapan dan cita-cita besar membebaskan kaumnya dari berbagai ketertinggalan, kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Ketika Freeport datang ke tanah Papua, dalam kepolosannya, Moses berpikir perusahaan tambang emas itu akan menjadi sarana dan jalan mewujudkan impiannya akan tanah Papua yang maju dan sejahtera. Moses pun maju jadi penunjuk jalan bagi Freeport.

Sejak Freeport datang, sambung Taum, persoalan kekerasan dan konflik terus-menerus terjadi di daerah tambang emas itu, seolah-olah tak kunjung selesai. Hal itu menunjukkan bahwa kandungan emas dan harta berlimpah ruah itu tidak menjadi berkat bagi bumi Cenderawasih. (*)

Related posts

Leave a Reply