Papua No. 1 News Portal | Jubi
Wamena, Jubi – Warga Nduga yang mengungsi di Kampung Sekom, Distrik Muliama, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Jumat (17/9/2021), menggelar ibadah pengucapan syukur dua tahun berada di pengungsian.
Koordinator pengungsi warga Nduga di Kampung Sekom, Muliama, Tory Wandikbo, mengatakan 17 September 2021 ini tepat dua tahun masyarakat Nduga yang mengungsi ke Jayawijaya setelah kejadian di wilayahnya pada Desember 2018 lalu.
“Setelah kami tinggalkan kampung, rumah, harta benda kami, tiba di Kabupaten Jayawijaya, kami tinggal dalam satu rumah atau honai itu bisa hingga lima bahkan delapan kepala keluarga,” kata Tori Wandikbo dalam siaran persnya yang diterima Jubi, Sabtu (18/9/2021).
Untuk itu, kata Wandikbo, sebagai rasa syukur seluruh pengungsi Nduga selama di pengungsian di Jayawijaya, mereka melakukan pengucapan syukur atas pertolongan Tuhan selama di Kampung Sekom sejak 2019, seluruh masyarakat masih dalam keadaan sehat
“Meski kami harus kehilangan dua anggota keluarga kami di pengungsian sejak 2019 yang meninggal, namun tahun ini kami mengucap syukur karena Tuhan lindungi dan menambahkan 10 generasi yang lahir di Kampung Sekom ini,” katanya.
Baca juga: Syarat administrasi diduga sulitkan pengungsi Nduga dapat layanan kesehatan
Kepala Suku Kampung Sekom, Zakeus Lengga, mengaku hingga kini seluruh pengungsi masyarakat Nduga di wilayahnya itu telah diterima dengan baik.
“Tidak ada perbedaan di sini. Mari kita jaga kesatuan Kampung Sekom ini. Jujur, awalnya saya tidak mengenal para pengungsi ini. Namun semenjak tiba di Kampung Sekom ini, saya menerima hingga nantinya mereka kembali ke daerah masing-masing di Nduga,” katanya.
Sementara itu perwakilan perempuan Nduga, Dolia Ubruangge, menyebut terhitung 2 Desember 2018 hingga kini kurang lebih tiga tahun penggungsi Nduga ada di setiap kota/kabupaten terdekat termasuk di Wamena.
Hingga kini masyarakat pengungsi Nduga masih belum terbuka atau selektif dalam menerima bantuan dari pihak luar. Hal itu karena masih merasa ketakutan atas kejadian yang terjadi tiga tahun lalu.
“Pengungsi sudah tiga tahun lebih, maka masyarakat jeli melihat semua proses dan proteksi baik dari tim yang mau masuk. Jangan langsung bawa bantuan ke titik-titik pengungsian dan jangan jadikan penggungsi seperti garam batu, karena mereka punya harga diri dan martabat,” kata Dolia Ubruangge. (*)
Editor: Kristianto Galuwo