Papua No. 1 News Portal | Jubi
Merauke, Jubi – Mama Elisabeth Ndiwaen, salah seorang pemilik ulayat yang selama ini sangat kritis menyoroti investasi kelapa sawit di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua mendesak kepada Keuskupan Agung Merauke (KAME) agar menghentikan kerjasama dengan PT Tunas Sawa Erma (Korindo Grup), sehubungan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) berupa dana senilai Rp2,4 miliar yang diberikan secara bertahap oleh perusahan dimaksud kepada keuskupan.
“Terus terang saya baru mendapat informasi ini. Kok bisa sampai begitu, Keuskupan Agung Merauke melakukan kerjasama dengan PT TSE yang nyata-nyata melakukan investasi kelapa sawit. Dimana hutan masyarakat adat diobrak-abrik hanya untuk kepentingan investor,” ungkap Ndiwaen saat dihubungi Jubi melalui telpon selulernya, Sabtu (9/1/2021).
Dikatakan, pihaknya sangat kecewa dengan langkah Keuskupan Agung Merauke.
“Bapak Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC tidak tahu selama ini apa yang dialami oleh orang Marind-Papua terhadap perusahaan kelapa sawit yang telah meusak hutan disini,” kritiknya.
Lebih lanjut, Elisabeth mengatakan sebagai domba yang tersesat, selama ini pihaknya terus berkonsultasi dan meminta pendampingan kepada SKP Keuskupan Agung Merauke agar bersuara terhadap hutan orang Marind-Papua yang diobrak-abrik perusahaan perkebunan kelapa sawit.
“Kalau seperti begini, kami domba-domba mau bersandar kemana lagi? Kan kami tahu bahwa ketika Gereja Katolik bersuara sudah pasti didengar. Namun kalau sudah begini, siapa lagi yang bisa diharapkan,” katanya.
Dengan permainan yang dilakukan perusahaan seperti begini, jelas dia, pasti Keuskupan Agung Merauke sudah tidak independen lagi.
“Bapak Uskup, saya hanya ingin menyampaikan bahwa yang mengalami dan merasakan betapa sakitnya ketika hutan digusur untuk investasi kelapa sawit adalah kami masyarakat Marind sebagai pemilik negeri,” ujarnya.
Elisabeth kembali meminta kepada pihak keuskupan membatalkan kerjasama tersebut, sekaligus mengembalikan uang yang telah diserahkan perusahan beberapa hari lalu itu.
“Kenapa saya minta kerjasama dibatalkan, karena pihak perusahaan justru akan memanfaatkan kesempatan dan disitulah ketika aktivitas pembukaan perkebunan kelapa sawit dilakukan lagi, sudah pasti keuskupan akan berdiam diri,” ungkapnya.
Baca juga: Dituduh bakar hutan di Papua untuk investasi sawit, Korindo sampaikan klarifikasi
Terpisah, Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan yang diberikan PT TSE. Sebenarnya, bantuan dimaksud untuk masyarakat di Papua Selatan. Hanya saja penyaluran melalui keuskupan yang sedianya dimanfaatkan untuk pendidikan calon imam. Nantinya imam (pastor) yang dilahirkan, akan bekerja juga untuk masyarakat.
“Kita Keuskupan Agung Merauke bukan kaya, sehingga kita butuh dana. Kalau suatu wilayah ingin maju, tentu perlu investasi. Banyak orang anti investasi, namun mereka juga makan dari investasi yang ditanamkan di sini,” tegasnya.
Dikatakan, Keuskupan Agung Merauke mendukung perusahaan dimaksud, namun bukan berarti menutup mata jika ada kerusakan lingkungan atau tak ada manfaat yang dirasakan masyarakat. Kalau ada seperti begitu, sudah pasti perusahaan akan dikritik. (*)
Editor: Dewi Wulandari