Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Tak berlebihan jika El Capitano Persipura, Boaz T Solossa mencoba menyeimbangkan antara pendidikan, bakat sepak bola, dan masa depannya pasca gantung sepatu. Di tengah ketidakpastian kelanjutan Liga 1 2020 yang dihentikan karena pandemi Covid-19, Boaz memilih melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Cenderawasih.
Butuh tujuh tahun bagi Boaz untuk memantapkan diri melanjutkan pendidikan, setelah ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Ekonomi Universitas Cenderawasih pada 2013 lalu. Pada usianya yang sudah 34 tahun, mantan kapten tim nasional Indonesia itu harus membuat keputusan penting untuk melanjutkan pendidikan program pasca sarjana. Pasalnya saat ini Boaz sudah bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Papua.
Melalui instastorynya pada Jumat (2/10/2020) Boaz menampilkan kegiatanannya kuliah pertamanya pada masa pandemic Covid-19, saat ia mengikuti kuliah daring Program Pasca Sarjana Universitas Cenderawasih. Tim berjuluk Mutiara Hitam sudah meliburkan seluruh pemain, dan baru akan berlatih pekan depan. Kompetisi Liga1 2020 yang awalnya akan dilanjutkan Oktober tertunda lagi, karena situasi pandemi Covid-19 yang semakin menjadi.
Keputusannya berkuliah lagi menunjukkan Boaz serius mengembangkan kariernya sebagai ASN. Padahal prestasi Boaz di sepak bola, bukan kaleng-kaleng. Ia terpilih masuk tim nasional Indonesia pada usia 16 tahun, saat pelatih Pieter White membawanya ke Piala Tiger 2004.
Baca juga: AFC sebut Boaz T Solossa “the one club icon’
Saat itu Boaz bermain bersama kakak kandungnya, Ortizan Solossa, dan pemain senior Papua Elie Aiboy. Boaz mendapat julukan anak ajaib dalam ajang Piala Tiger 2004, saat tampil memukau di Ho Chi Minh City, Vietnam.
Pada 2011, putra dari pasangan Christian Solossa almarhum dan mama Maria Sarobi ini pernah mendapat tawaran bermain dari klub Belanda VVV-Venio. Akan tetapi, bungsu dari keluarga Solossa itu memilih tinggal bersama keluarga, karena sangat mencintai ibunya.
Keluarga besar Boaz memang pecinta olah raga. Ibu kandung Boaz, Maria Sarobi terkenal di Kota Sorong sebagai pemain basket handal, sedangkan mendiang ayah kandungnya adalah pemain sepak bola dan pemain hockey. Paman kandungnya, mendiang Gubernur Papua JP Solossa, adalah mantan penjaga gawang Persis Sorong. Ketiga abang kandungnya Ortisan, Nehemia dan mendiang Joice Solossa mantan kapten sepak bola PON Irian Jaya.
Prestasinya di sepak bola pun bukan sedikit. Boaz meraih medali emas di PON 2004 sekaligus mencatatkan diri sebagai pencetak gol terbanyak (10 gol) saat usianya masih 15 tahun. Di bawah pelatih Rahmad Darmawan, Boaz T Solossa gabung dalam tim senior Persipura dan meraih piala Liga Indonesia musim 2005-2006.
Sejak itulah prestasinya pun semakin cemerlang, mengantar tim berjuluk Mutiara Hitam hingga meraih bintang empat di jersey Persipura. Pada musim Indonesia Super League 2010-2011, Boaz menggantikan Eduard Ivdalam menjadi kapten Persipura.
Bersama Persipura Boaz dan kawan kawan juara ISL 2010-2011, ISL 2013, ISC 2016, juara Inter Island Cup 2011 dan SCTV Cup 2011. Bukan hanya itu saja, Boaz juga meraih prestasi individu sebagai top skore ISL musim 2008-2009 (28 gol), 2010/11 (22 gol), 2013 (25 gol). Pemain terbaik musim 2009-2010, 2010/11, 2013.
Baca juga: Boaz Solossa, mesin gol dan “pelayan” yang baik
Prestasi lainnya, bersama Persipura membawa tim Mutiara Hitam lolos ke babak semi final Piala AFC 2014 dan tercatat sebagai pencetak gol sebanyak 12 gol selama bermain di level Asia. Boaz juga sempat bermain di Liga Futebol Amadora di Klub Carsae musim 2016, dengan status pemain pinjaman. Meski berprestasi Boaz tak melupakan pendidikan dan menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi, dan kini bahkan berkuliah untuk gelar S2.
Ada banyak bintang lapangan yang memilih untuk berkarir di luar sepak bola pasca menggantung sepatu mereka. Mantan defender Persipura, Jack Komboy terjun ke partai politik Hanura, dan kini menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua. Eks gelandang Persipura yang juga abang kandung Eduard Ivakdalam, Carolino Ivakdalam, menjadi Kepala Dinas Pemuda dan Olaharaga Kabupaten Waropen, juga lulusan sarjana antropologi dari Fisip Uncen. Chris Leo Yarangga dan Ronny Wabia saat ini sebagai karyawan Bank Papua, sedangkan Fernando Fairyo karyawan BUMN PT PLN Wilayah Papua dan Papua Barat.
Dengan deretan prestasinya bermain bola, juga dengan ketekunannya menempuh pendidikan, Boaz punya banyak pilihan jika suatu saat nanti memutuskan gantung sepatu. Ia bisa belajar menjadi pelatih sepak bola misalnya. Atau, berkarir sebagai ASN. Waktu yang akan membuktikan nantinya. Fakta hari ini, Boaz memilih studi pasca sarjana ketimbang karier kepelatihan.(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G