Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Yapen, Karolus Taniwani mengatakan banyak persepsi negatif tentang vaksin COVID-19 dan program vaksinasi pemerintah hanya didasarkan kepada cerita orang yang belum teruji kebenarannya. Taniwani mengimbau warga untuk mencari informasi yang kredibel tentang manfaat dan risiko vaksinasi COVID-19.
“Kami yang sudah vaksin hingga saat ini masih sehat-sehat. Sehingga saya mengajak kepada semua masyarakat di Kabupaten Kepulauan Yapen untuk mengikuti vaksinasi COVID-19,” kata Taniwani saat dihubungi Jubi melalui panggilan telepon pada Jumat (30/7/2021).
Taniwani mengatakan para pejabat di Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, sudah mengikuti vaksinasi COVID-19, dan tetap dalam kondisi sehat. Ia mengimbau masyarakat yang mengalami sakit setelah divaksinasi segera berobat, agar penyebab sakit itu bisa dipastikan dan segera diobati.
Ia menceritakan pengalamannya yang sakit usai divaksinasi. Ketika Taniwani berobat ke rumah sakit ternyata sakit itu disebabkan malaria yang kambuh.
Baca juga: Dinkes Kepulauan Yapen jelaskan kasus meninggalnya Pdt Piet Hein Jowey
“Saya sendiri, satu bulan setelah [disuntik] vaksin, merasa sakit. Saya merasa kepala saya pening, lalu saya cek darah. Ternyata saya sakit malaria tertiana. Saya berobat lalu sembuh. Saya mau tegaskan kepada masyarakat di Serui bahwa harus melakukan vaksin. Apabila ada gejala segera melaporkan kepada petugas kesehatan,”katanya.
Taniwani menegaskan vaksin COVID-19 itu bukan racun. Ia berharap masyarakat harus memahami manfaat dan risiko vaksin COVID-19 dengan baik. Ia mengimbau setiap warga jangan membaca berita yang sifatnya sepihak, lalu tidak mau divaksin.
“Kalau memang vaksin racun, kami semua yang pakai vaksin bisa meninggal dunia. Buktinya kami masih sehat-sehat hingga saat ini. Masyarakat perlu melakukan vaksin,” katanya mengingatkan.
Koordinator Satuan Tugas COVID-19 Kabupaten Kepulauan Yapen, Erny Renny Tania mengajak masyarakat yang merasa sakit segera memeriksakan kesehatan. Ia menilai banyak warga yang sakit yang menolak berobat karena takut dengan berbagai anggapan salah tentang COVID-19.
Baca juga: Realisasi vaksinasi Covid-19 di Nabire masih rendah
“Saya melihat di sini semua orang selalu mengambil risiko. Artinya, mereka sakit tapi terkadang menahan [rasa sakit] sampai sudah kritis baru dibawa ke rumah sakit. Itu karena takut [dengan anggapan] jika sakit COVID-19 maka akan dimakamkan dengan protokol COVID-19, dan sebagainya,” kata Erny.
Tania mengatakan pihaknya terus memberikan sosialisasi pandemi COVID-19 di pasar dan perkampungan. Sosialisasi itu dilakuan mobil yang berkeliling agar masyarakat memahami aturan prokotol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19.
“Untuk vaksin kami tetap tetap melakukan pendekatan secara persuasif, karena vaksin tidak bisa dipaksakan. Hasilnya sudah mulai nampak. Kami melakukan vaksinasi secara massal di Kantor Bupati, Rumah Jabatan Bupati, Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan pasar,” katanya. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G