Papernas XVI 2020 di Papua, siapkah?

Ketua NPC Papua H. Jaya Kusuma saat foto bersama dengan juara di kejurnas Paralimpik – Jubi/ist.
Ketua NPC Papua H. Jaya Kusuma saat foto bersama dengan juara di kejurnas Paralimpik – Jubi/ist.

 

Papua No. 1 News Portal | Jubi 

Read More

Jayapura, Jubi – Pekan Paralimpiade Nasional atau Pekan Paralimpik Indonesia (Peparnas) adalah ajang kompetisi yang menyerupai Pekan Olahraga Nasional (PON) bagi atlet penyandang disabilitas Indonesia.

Perbedaan PON dan Peparnas terletak pada pembagian kelas dan teknis pertandingan, di mana atlet dikelompokkan berdasarkan kondisi fisiknya. Dulunya, Peparnas disebut Pekan Olahraga Cacat Nasional (Porcanas), namun kemudian kata ‘cacat’ diganti dengan kata ‘paralimpiade’ seiring perkembangan yang terjadi di dalam organisasi Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Indonesia.

Dalam Pekan Paralimpiade Nasional XIV di Riau pada 7-13 September 2012, terdapat 11 cabang olahraga yang diperlombakan, yaitu Atletik, Renang, Voli Duduk, Panahan, Tenis Kursi Roda, Tenis Meja, Bulu Tangkis, Futsal, Bowling, Catur dan Angkat Berat dengan total medali yang diperebutkan mencapai 424 medali.

Kategori jenis kecacatan yang diikutkan adalah, Tuna Netra, Tuna Daksa, Tuna Grahita dan Tuna Rungu Wicara. Sedangkan pada Peparnas XIII di Kalimantan Timur, hanya mempertandingkan delapan cabang olahraga. Bagaimana dengan Papua? Berapa cabor yang diperlombakan?

Ketua National Paralympic Commite (NPC) Papua H. Jaya Kusuma mengatakan, Peparnas XVI, 2020 di Papua direncanakan akan dipertandingkan 14 cabang olahraga (cabor).

“14 cabor ini masih bersifat sementara dan bisa berubah dalam pertemuan dengan Technical Delegate (TD) dari masing-masing cabang olahraga di Solo, Jawa Tengah,” kata Jaya Kusuma belum lama ini di Jayapura.

Dikatakan, pada pertemuan dengan TD akan membahas berapa cabor dan nomor yang akan dipertandingkan. Namun, pihaknya berharap cabor yang dipertandingan pada Peparnas Jawa Barat bisa diperlombahkan di Peparnas Papua.

“Peparnas ini berbeda dengan iven lainnya, sehingga kita harus menyiapkan sarana aksesibilitas bagi para kaum difabel. Namun, untuk panitia tetap sama dengan panitia yang akan bertugas di PON nantinya,” ujarnya.

Kata Jaya Kusuma, akan ada tiga klaster yang bakal digunakan Peparnas nanti. Tiga klaster tersebut diantaranya Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom.

“Kalau itu memungkinkan. Namun kami masih harus melihat kembali berapa cabang olah raga yang dipertandingkan di Stadion Utama Papua Bangkit, yang kemudian disesuaikan dengan cabor maupun nomor yang bakal dipertandingkan,” katanya.

 

PON XX dan Peparnas XVI tak terpisahkan

Gubernur Lukas Enembe memastikan Provinsi Papua tetap menjadi tuan rumah penyelenggaraan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Tahun 2020. Menurut Gubernur, Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) satu paket, sehingga tidak bisa dipisahkan.

“Kita sudah menyurati Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, terkait pengalihan tuan rumah Peparnas XVI tahun 2020 ke DKI Jakarta, tetapi tidak mungkin disetujui, makanya kita tetap harus siapkan diri untuk menjadi tuan rumah,” katanya kepada wartawan belum lama ini.

Gubernur Lukas mengatakan, fasilitas penyandang difabel yang belum memadai akan dilengkapi.

“Kita sekarang lagi revisi Inpres nomor 10 tahun 2017, kita harapkan semua kementerian bisa terlibat, apalagi pada waktu road show kemarin, semua kementerian/lembaga mendukung Papua sebagai tuan rumah PON,” ujarnya.

Sayangnya, salah satu kendala yang akan dihadapi oleh Papua adalah fasilitas hotel di Jayapura bagi Penyandang Disabilitas.

Asisten Hotel Manager @Hom Premiere Abepura, Yorim Allo Sarira mengakui jika hotelnya belum memiliki fasilitas khusus untuk Penyandang Disabilitas.

“Kalau kursi roda ada, tapi kalau kamar dan toilet sesuai standar bagi kaum difabel, mungkin saja tidak semua hotel di Jayapura memiliki fasilitas yang ramah bagi kaum difabel. Saya pikir bukan saja kami, semua hotel sama, karena selama ini juga kita belum mendapat informasi terkait fasilitas difabel itu,” katanya.

Namun katanya, informasi dari teman-teman wartawan ini tentu akan disampaikan kepada pimpinannya, agar dengan waktu satu tahun ke depan kita bisa menyediakan fasilitas yang mudah diakses oleh kaum difabel.

Ketua National Paralympic Commite (NPC) Papua H. Jaya Kusuma, mengakui fasilitas-fasilitas penyandang difabel di wilayah Jayapura dan sekitarnya masih sangat minim.

Ia mengatakan, venue dengan fasilitas difabel yang ada di Jayapura hanya stadion Papua Bangkit, karena fasilitas sudah ramah untuk atlet dan penonton difabel. Sementara  hotel dan venue lainnya belum dilengkapi fasilitas difabel yang memadai.

Jaya Kusuma mengaku, hotel juga harus ramah kaum disabilitas.

“Ada standardisasinya kamar dan toiled untuk difabel, saya melihat di Jayapura masih sangat kurang. Selain itu juga ruang publik untuk penyandang disabilitas.” ujarnya. (*)

 

Editor : Edho Sinaga

Related posts

Leave a Reply