Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Sejumlah pemuda di Kota Jayapura membentuk komunitas bernama Papua Pecandu Damai (Papeda) yang selalu melaksanakan diskusi dan pendampingan terhadap pecandu Narkoba, serta ODHA, hingga pekerja seks.
Komunitas ini terbentuk karena kepedulian sejumlah pemuda di kota setempat untuk memulihkan para pemuda lainnya dari pergaulan bebas.
Ketua komunitas Papua Pecandu Damai (PAPEDA) Dessy Manggaprouw mengatakan tujuan terbentuknya komunitas Papeda untuk melakukan pendampingan kepada para pecandu narkoba, memotivasi ODHIV dan ODHA, pekerja seks dan juga pendampingan kekerasan terhadap perempuan.
“Komunitas Papeda awalnya terbentuk dari beberapa kakak yang dulunya membina kami di tempat rehabilitasi (Yakita Papua). Karena Yakita tutup banyak dari kami yang kembali aktif menggunakan Narkoba kembali, namun beberapa diantaranya ingin tetap menjaga pemulihan, nah untuk itu Papeda dibentuk agar kami semua kembali berkumpul dalam komunitas dan tetap menjalankan pemulihan kami meski tidak di dalam wadah atau yayasan lagi,” cerita Dessy.
Dessy menjelaskan saat ini di dalam komunitas Papeda sedikitnya ada 20 orang yang aktif bergabung, namun banyak juga dampingannya yang tersebar di beberapa kabupaten diantaranya Wamena, Timika, Manokwari, Bintuni dan beberapa daerah lainnya.
“Tujuan komunitas dibentuk agar kami semua dapat berkumpul dan tetap menjalankan pemulihan kami. Tujuan terbesar kami adalah tetap melakukan pendampingan bagi pecandu narkoba, ODHIV/ODHA. Pekerja seks dan juga mendampingi kekerasan terhadap perempuan,” katanya.
Dessy menceritakan, komunitas Papeda memiliki pertemuan rutin untuk untuk teman-teman pecandu terutama melatih mereka tampil untuk membawakan materi dan bersosialisasi serta cara mendampingi teman-teman pecandu atau ODHA lainnya. Tak hanya itu, mereka juga melatih mengembangkan kreatifitas kerajinan tangan.
“Komunitas Papeda juga selalu sosialisasi di media massa terkait bahaya narkoba dan HIV/AIDS dan kami juga sering dilibatkan dalam kegiatan BNN provinsi Papua, KPA kota Jayapura dan beberapa LSM serta komunitas di kota Jayapura,” kata Dessy.
Sementara itu, pendamping ODHA dari LSM Yayasan Pengembangan Kesehatan Masyarakat (YPKM) Provinsi Papua, Joice Erlely menambahkan banyak komunitas pecandu yang sering mendapatkan stigma dan diskriminasi dari masyarakat, padahal mereka juga punya hak yang sama.
“Stigma dan diskriminasi ini terus ada hingga sekarang terhadap pecandu dan ODHA, baik keluarga maupun masyarakat umum. Padahal mereka ini butuh pendampingan, dukungan terutama keluarga dalam proses pemulihan,” katanya. (*)
Editor : Edho Sinaga